Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak dunia kembali meluncur tajam pada pekan ini. Hingga Jumat (24/10/2025), harga perak berada di kisaran US$48,6 per troy ounce, melemah sekitar 6% dalam sepekan dan menjadi penurunan mingguan terbesar dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi harga perak bak Liverpool yang kalah 4 kali beruntun.
Tekanan jual (profit-taking) melanda pasar logam mulia setelah reli panjang membuat perak dinilai telah memasuki wilayah overvalued. Sebelumnya, harga perak sempat menyentuh rekor tertinggi US$54,49 per troy ounce pada 17 Oktober, didorong oleh lonjakan permintaan aset aman (safe haven) dan optimisme terhadap penggunaan perak di sektor industri berteknologi tinggi.
Kenaikan sebelumnya juga ditopang oleh ekspektasi permintaan jangka panjang dari industri kendaraan listrik, pusat data, dan energi surya, serta pengetatan stok di gudang penyimpanan logam di London dan Shanghai. Namun kini, sebagian pelaku pasar memilih mengunci keuntungan di tengah kekhawatiran harga sudah terlalu tinggi.
Di India, tren serupa juga terjadi. Harga perak di Multi Commodity Exchange (MCX) yang sempat menembus Rp1,70 lakh per kilogram pada 17 Oktober kini ikut terkoreksi tajam dengan penurunan sekitar 6% dalam sepekan.
Analis pasar menilai, meskipun penurunan ini bersifat teknikal akibat aksi ambil untung, faktor eksternal turut berperan. Investor tengah mencermati perkembangan geopolitik menjelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di sela-sela KTT APEC pekan depan, yang dinilai dapat memengaruhi sentimen perdagangan global.
Dari sisi makroekonomi, pelaku pasar juga menunggu laporan inflasi Amerika Serikat terbaru. Data CPI September menunjukkan inflasi utama naik ke 3%, sedikit di bawah perkiraan 3,1%, sementara inflasi inti melandai ke 3% dari 3,1%. Angka ini dinilai cukup untuk mempertahankan peluang pemangkasan suku bunga The Fed pekan depan, namun tetap membuka ruang ketidakpastian untuk keputusan Desember.
Meski perak sempat memangkas sedikit pelemahannya menjadi sekitar 0,5% di US$48,7 per ounce, logam putih ini tetap menuju penurunan mingguan yang signifikan. Para trader kini memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga AS hingga akhir tahun sebagai respons atas data ekonomi yang mulai melambat.
Kendati demikian, fundamental jangka panjang perak masih dinilai solid. Permintaan industri yang meningkat seiring ekspansi sektor EV, semikonduktor, dan energi terbarukan diprediksi akan menjadi penopang utama harga dalam jangka menengah.
Namun untuk saat ini, pasar tampaknya sedang "membersihkan kilau berlebih" setelah reli besar. Perak memang masih berkilau, tapi investor kini tampak lebih berhati-hati dalam menakar sinarnya.
CNBC Indonesia Research
(emb/wur)

3 hours ago
2
































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4713389/original/012163500_1704983411-WhatsApp_Image_2024-01-11_at_21.21.33.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5273598/original/029668700_1751637513-WhatsApp_Image_2025-07-04_at_8.55.48_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5243688/original/090926200_1749111403-ChatGPT_Image_5_Jun_2025__15.12.43.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4741002/original/036562200_1707726174-6_Gaya_Ceria_Ria_Ricis_dengan_Outfit_Cerah_saat_Liburan_di_Eropa__5_.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5272514/original/002039600_1751554236-WhatsApp_Image_2025-07-03_at_9.46.56_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3969038/original/063492400_1647789831-WhatsApp_Image_2022-03-20_at_10.16.47_PM__4_.jpeg)









