loading...
Suasana pengungsian korban banjir dan longsor di Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Agam, Sumatera Barat. Foto/Istimewa
AGAM - Yuni Efnita (40), warga Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Agam, Sumatera Barat, masih merasa bersalah terhadap 15 karyawannya karena bencana banjir dan longsor menghancurkan tempat usahanya. Meski dia sendiri juga korban banjir, dia tak tega pegawai yang menggantungkan hidup pada usaha pinang dan kedai makanannya harus kehilangan penghasilan.
"Ya, permintaannya itu cepat (perbaiki) rumah. Biar bisa kami berusaha lagi," kata Yuni ditemui di lokasi pengungsian, Nagari Salareh Aia, Agam, Kamis (4/12).
Sejak kejadian banjir pada Kamis (27/11/2025) sore, Yuni sudah tinggal di pos pengungsian tak jauh dari rumahnya. Dia tinggal bersama puluhan warga lain di ruang kelas sebuah sekolah dasar, termasuk dengan beberapa pegawainya.

Yuni Efnita (40).
Baca juga: Bantuan Makan-Minum Aman Tersedia, Kini Warga Agam Butuh Rumah Sementara
Tak hanya tempat tinggal, seluruh sumber penghidupan keluarga Yuni pun musnah. Yuni memiliki usaha membeli dan mengolah pinang. Dia juga punya kedai di ruko yang bagian atasnya menjadi rumah. Sementara itu, suaminya bekerja membuka bengkel las.

"Mesin-mesin suami habis semua, tak ada satu pun terselamatkan. Usaha saya juga. Banyak orang bergantung sama saya, ada 15 orang bekerja dengan saya. Sekarang mereka pun kehilangan mata pencaharian," ucap Yuni.


















































