Kanthi Malikhah, CNBC Indonesia
26 December 2025 09:50
Jakarta,CNBC Indonesia - Perdagangan luar negeri Vietnam diproyeksikan melampaui US$900 miliar pada 2025, menempatkan negara tersebut di jajaran 15 besar kekuatan perdagangan dunia, menurut sumber internal.
Total nilai ekspor-impor Vietnam pada 11 bulan pertama tahun ini mencapai hampir US$840 miliar, tumbuh 17,2% (year on year/yoy), dengan surplus perdagangan lebih dari US$20 miliar. Dengan capaian tersebut, target perdagangan luar negeri US$900 miliar dinilai sangat realistis untuk dicapai.
Dalam periode tersebut, ekspor menembus US$430 miliar atau naik 16,1%, sementara impor mencapai US$409,6 miliar atau tumbuh 18,4%.
Meski perdagangan global menghadapi tantangan-termasuk kebijakan tarif dan langkah proteksionisme-pertumbuhan ekspor Vietnam tetap melampaui impor, sehingga menjaga surplus perdagangan di atas US$20,5 miliar. Surplus ini menopang keseimbangan utama ekonomi, menstabilkan kondisi makro, serta memperkuat posisi pembayaran internasional Vietnam.
Tahun 2025 bukan hanya tahun rekor ekspor, tetapi juga menjadi titik balik masuknya Vietnam ke jajaran ekonomi perdagangan terbesar dunia. Dengan volume perdagangan 11 bulan yang sudah tercapai, laju perdagangan Vietnam melampaui siklus normal.
Pencapaian US$900 miliar akan semakin mengukuhkan posisi Vietnam sebagai kekuatan perdagangan global, sekaligus mendekatkan target US$1 triliun.
Lonjakan cepat dari sekitar US$500 miliar pada 2019 ke level saat ini menegaskan keberhasilan integrasi Vietnam dalam ekonomi global, didukung oleh arus investasi asing langsung (FDI) yang meningkat serta industri domestik yang kuat.
Pertumbuhan FDI menjadi faktor kunci. Perusahaan terkait FDI melaporkan kenaikan 25,1% pada total nilai ekspor-impor, mencapai US$579,11 miliar hingga pertengahan November. Meski sempat terganggu badai dan keterlambatan rantai pasok, produksi terus tumbuh, volume pesanan baru meningkat, dan sektor manufaktur menunjukkan kinerja kuat-tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI).
Dengan ekonomi yang dinamis, Vietnam terus memperkuat posisinya dalam rantai pasok regional dan global.
Omzet perdagangan Vietnam terus mengalami pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir. Dari angka US$ 100 miliar pada 2009, total omzet perdagangan kini telah meningkat sembilan kali lipat.
Jumlah barang ekspor yang menghasilkan lebih dari US$1 miliar juga meningkat tajam, dari 10 barang pada 2007 menjadi 36 barang saat ini.
Pasar ekspor terus berkembang, dengan jumlah pasar yang mencatatkan omzet lebih dari US$1 miliar meningkat dari 27 pada tahun 2013 menjadi 35 pada akhir tahun lalu.
Aktivitas manufaktur mengalami ekspansi. Indeks produksi industri diperkirakan mencapai 9,5%, lebih tinggi dari 8,2% yang tercatat pada 2024.
Vietnam menandatangani empat perjanjian perdagangan bebas baru tahun ini, sehingga totalnya menjadi 17 perjanjian dengan 65 negara dan wilayah.
Bagaimana dengan Indonesia?
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total ekspor Indonesia sepanjang 2020-2024 terus menunjukkan tren positif, meski sempat mengalami fluktuasi akibat tekanan global dan perlambatan ekonomi dunia.
Namun, nilainya masih kalah jauh dengan Vietnam.
Sebagai perbandingan, nilai perdagangan Indonesia pada 2024 mencapai US$ 498,3 miliar. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2024 mencapai US$264,70 miliar sementara impor US$ 233,66 miliar.
Sementara itu, nilai perdagangan Vietnam mencapai US$ 681,33 miliar dengan ekspor mencapai US$ 354,72 miliar dan impor US$ 326,61 miliar.
Pada 2020, nilai ekspor Indonesia tercatat sekitar US$116,51 miliar, lebih rendah dibanding impor yang mencapai US$14,57 miliar, seiring kontraksi perdagangan global akibat pandemi. Namun kondisi berbalik pada 2021, ketika ekspor melonjak signifikan menjadi sekitar US$231,71 miliar, melampaui impor yang berada di US$196,22 miliiar, didorong oleh pemulihan ekonomi dunia dan kenaikan harga komoditas.
Sementara itu, sepanjang Januari-Oktober 2025, nilai ekspor bulanan Indonesia bergerak stabil di kisaran US$21-25 miliar. Ekspor sempat melemah pada April, namun kembali menguat pada Mei dan mencapai level tertinggi pada Agustus sebelum sedikit terkoreksi hingga Oktober. Di sisi lain, impor bergerak lebih moderat, berada di kisaran US$17-21 miliar.
Namun, pada bulan April ekspor mengalami penurunan karena adanya libur panjang, yang menyebabkan ekspor tertunda.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa hingga Oktober 2025, Indonesia masih mencatat surplus perdagangan bulanan, mencerminkan ketahanan sektor eksternal di tengah ketidakpastian ekonomi global. Ke depan, kinerja ekspor Indonesia akan sangat bergantung pada dinamika harga komoditas dunia, permintaan mitra dagang utama, serta kemampuan industri domestik dalam meningkatkan nilai tambah dan diversifikasi produk ekspor.
(mae/mae)

3 hours ago
1
















































