China, Korea-Eropa Melirik Proyek Pengganti LPG RI

11 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membeberkan terdapat beberapa negara yang tertarik menggarap proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME). Negara tersebut seperti China, Korea, hingga Eropa.

Bahlil mengatakan, negara yang tertarik dalam proyek tersebut tengah dalam tahap uji feasibility study (FS).

"DME, kita belum finalkan. Sekarang kita lagi uji FS-nya dengan teknologinya. Tetapi ancang-ancangnya sudah ada dua. Satu dari China, satu gabungan antara Korea dan Eropa. Nanti kita lihat, finalnya nanti kita lihat ya," ujarnya di sela acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Dia mengatakan saat ini proyek substitusi LPG tersebut tidak menghadapi masalah, termasuk dalam pembangunan infrastrukturnya.

Kelak, batu bara yang akan dimanfaatkan untuk proyek DME akan berasal dari cadangan batu bara lokal dengan memanfaatkan teknologi yang lebih efisien.

"Nggak ada masalah. Karena DME itu kan pakai batubara lokal. Dan batubara kita kan cadangan kita banyak sebenarnya. Dan teknologinya sekarang sudah jauh lebih efisien. Memang ke sini-ke sini teknologinya semakin berinovasi ya. Jadi akan jauh lebih baik," imbuhnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia selaku Ketua Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi tengah meninjau ulang prospek proyek DME dengan mempertimbangkan beberapa proposal baru yang masuk dari calon investor.

"Pak Menteri kemarin sebagai Ketua Satgas Hilirisasi, mencoba untuk prospek DME ini dengan beberapa proposal yang ada. Ada satu atau dua yang menunjukkan IRR-nya positif, cukup lumayan, cukup kompetitif," kata Tri dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia Special Road to Hari Tambang dan Energi 2025, dikutip Rabu (22/10/2025).

Tri membeberkan kerja sama antara PTBA dan Air Products sejatinya sempat memasuki tahap penjajakan dan perencanaan awal. Dalam proyek ini, PTBA akan menyediakan batu bara, Air Products bertanggung jawab pada proses pengolahan menjadi DME, sedangkan Pertamina akan menjadi pembeli produk.

Namun, perbedaan penetapan harga menjadi ganjalan untuk proyek ini berjalan. Adapun, Air Products maupun Pertamina sama-sama menetapkan harga yang membuat sisi pertambangan tidak ekonomis.

Tri menilai, sejak awal gelagat permasalahan proyek DME sudah mulai nampak. Menurutnya, nilai dalam proyek itu terus mengalami perubahan, namun pihak perusahaan berupaya untuk menetapkan harga tetap.

Sementara, ketika kondisi keekonomian berubah, harga batu bara justru diminta untuk ditekan terlalu rendah, sehingga proyek menjadi tidak lagi layak secara ekonomi.

"Nah, tetapi kemudian kita coba, Pak Menteri kemarin sebagai Ketua Satgas Hilirisasi, mencoba untuk prospek DME ini dengan beberapa proposal yang ada. Ada satu atau dua yang menunjukkan IRR-nya positif, cukup lumayan, cukup kompetitif," ujarnya.

Ia pun berharap ke depan proyek tersebut dapat bisa ditindaklanjuti kembali. Mengingat, tahap awal yang dilakukan baru sebatas pengajuan proposal, sehingga masih perlu dilakukan pendalaman melalui studi kelayakan.

"Kemudian barulah kita tahu bahwa proyek itu feasible. Kira-kira seperti itu. Jalannya apakah masih panjang atau tidak, depend tergantung nanti seperti apa ininya, kecepatannya," ujar Tri.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Pemerintah Siapkan Proyek Pengganti LPG

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |