Ciri-ciri Tubuh Overdosis Gula, Mudah Lapar hingga Sering Jerawatan

2 days ago 11

Jakarta -

Konsumsi gula tambahan dalam makanan dan minuman semakin sering disoroti karena dampaknya yang dapat membahayakan kesehatan.

Mulai dari perubahan berat badan hingga kondisi kulit, kebiasaan mengonsumsi gula dalam jumlah berlebih sering kali membawa dampak yang tidak diinginkan. Berikut merupakan tanda bahwa tubuh mengonsumsi gula berlebih, dikutip dari Everyday Health.

Ciri-ciri overdosis gula

1. Peningkatan Rasa Lapar dan Berat Badan

Konsumsi kalori berlebih dari gula tambahan dapat memicu rasa lapar yang terus meningkat.
"[Gula] memang memuaskan selera, tapi tidak benar-benar memuaskan atau mengenyangkan perut kita," kata Keri Stoner-Davis, RDN, yang bekerja di Lemond Nutrition di Plano, Texas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini mendorong pola makan yang tidak terkendali, sering kali memicu ngemil tanpa sadar.

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minuman berpemanis meningkatkan berat badan pada anak-anak dan orang dewasa. Namun, penambahan kalori bukan satu-satunya penyebab.

Mikrobioma usus juga memainkan peran penting dalam mengatur metabolisme dan menjaga kadar gula darah serta insulin. Konsumsi gula berlebihan mengganggu keseimbangan mikrobioma, memicu pertumbuhan bakteri jahat, dan menghambat kerja hormon seperti leptin yang seharusnya mengurangi rasa lapar. Dampak ini menjadikan tubuh semakin bergantung pada asupan gula yang tinggi.

2. Mudah Marah

Perubahan suasana hati, seperti mudah marah atau gelisah, dapat diakibatkan oleh konsumsi gula yang berlebihan. Riset menunjukkan bahwa gula tambahan meningkatkan peradangan dalam tubuh, yang berdampak pada suasana hati dan gejala depresi.

Gula yang cepat diserap menyebabkan peningkatan energi sementara, tetapi saat kadar gula darah turun drastis, tubuh menjadi lelah dan mudah tersinggung. Kadar glukosa rendah dalam otak juga mengganggu kinerja otak, mengakibatkan perasaan murung dan kurang bertenaga.

3. Kelelahan dan Lemas

Gula adalah sumber energi cepat yang mudah dicerna, tetapi tanpa nutrisi pendukung seperti protein atau serat, energi yang diperoleh cepat habis.

Stoner-Davis menjelaskan bahwa meski mengonsumsi banyak gula, tubuh akan kembali merasa lelah dan kekurangan energi dalam waktu singkat. Lonjakan dan penurunan drastis kadar gula darah juga memengaruhi stabilitas energi sepanjang hari, membuat tubuh terasa lelah.

4. Makanan Tak Terasa Cukup Manis

Jika makanan mulai terasa kurang manis atau keinginan menambahkan gula muncul, ini bisa menandakan kecanduan gula.

Tubuh terbiasa dengan kadar kemanisan tinggi yang didapat dari konsumsi gula tambahan, sehingga sulit merasa puas dengan makanan yang kurang manis.

Pemanis buatan, yang sering kali lebih manis dari gula asli, dapat memperkuat kecenderungan ini dan membuat keinginan untuk mengonsumsi gula makin meningkat.

5. Mengidam Makanan Manis

Rasa ingin mengonsumsi makanan manis bisa menjadi tanda kecanduan gula. Gula menjadikan pusat kesenangan di otak, yaitu jalur mesokortikolimbik, dengan melepaskan dopamin, hormon yang menciptakan perasaan senang.

Dopamin yang dihasilkan memicu keinginan berulang untuk mengonsumsi gula. Mengalihkan fokus pada makanan alami dan camilan bergizi dapat membantu mengurangi keinginan ini.

6. Brain Fog

Kejernihan mental, fokus, konsentrasi, dan daya ingat dapat terganggu akibat konsumsi gula berlebihan.

Glukosa memang merupakan bahan bakar utama otak, tetapi jika jumlahnya terlalu tinggi, dapat memicu hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah yang berlebihan, yang menimbulkan peradangan di otak serta berdampak buruk pada fungsi kognitif dan suasana hati.

Pengidap diabetes tipe 2 yang mengalami hiperglikemia berisiko mengalami penurunan kemampuan kognitif, seperti lambat dalam memproses informasi, melemahnya daya ingat kerja, dan menurunnya perhatian.

Namun, dampak negatif ini ternyata juga dapat dialami oleh orang tanpa diabetes. Tinjauan sistematis dan meta-analisis dari 77 penelitian mengungkapkan bahwa konsumsi gula tambahan berkaitan dengan peningkatan risiko gangguan kognitif, bahkan pada mereka yang tidak memiliki diabetes.

7. Jerawat dan Keriput

Pengendalian gula darah penting bagi kesehatan kulit. Penelitian menunjukkan bahwa resistensi insulin dapat meningkatkan risiko jerawat, sementara kadar gula tinggi menyebabkan tubuh memproduksi produk akhir glikasi lanjut yang mempercepat penuaan kulit.

Makanan tinggi gula tidak hanya memicu jerawat tetapi juga mempercepat proses penuaan kulit, termasuk munculnya keriput.


(kna/kna)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |