Crazy Rich Jakarta Cebok Pakai Uang Kertas, Terkenal Hobi Flexing

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Batavia (sekarang Jakarta) pernah punya sosok crazy rich yang tingkahnya jauh melampaui flexing zaman sekarang. Namanya Oei Tambah Sia, pewaris kaya yang hidup seenaknya sampai perilakunya jadi buah bibir di mana-mana.

Warisan besar membuatnya hidup sesuka hati, dari berjudi sampai memamerkan uang dengan cara yang tak bisa dibayangkan hari ini. Salah satu cerita yang paling sering diulang adalah kebiasaan ekstremnya saat buang hajat dan ceboknya memakai uang kertas yang kemudian diperebutkan warga miskin.

Selain itu, ia dikenal hobi berjudi, berpesta, dan menunjukkan kekuasaan dengan cara yang membuat banyak orang geleng kepala. Berbekal reputasi sebagai lelaki tampan dan berpakaian necis, ia juga sibuk mengejar perempuan cantik.

Achmad Sunjayadi dalam [Bukan] Tabu di Nusantara (2018) mencatat, Oei punya bungalow khusus di kawasan Ancol sebagai tempatnya bersantai bersama para perempuan yang ia datangkan. Cara mendapatkannya pun bermacam-macam: dari berkeliling menaiki kuda mencari wanita, meminta bantuan germo, hingga mengambil paksa perempuan bila sedang kepepet.

Orang-orang hanya diam seribu kata melihat kelakuannya. Sulit bagi mereka melawan orang punya uang dan kuasa. Alhasil, kelakuan Oei pun makin menjadi-jadi.

Dari deretan kelakuan nyeleneh pria kelahiran 1827 itu, pada akhirnya ada satu yang membuatnya tersandung. Kisah ini bermula saat dia mendekati perempuan berprofesi pesinden bernama Mas Ajeng Gunjing.

Pertemuan Oei dengan Ajeng terjadi di Pekalongan saat menghadiri pesta pernikahan. Seperti yang sudah-sudah, dia mudah membawa Ajeng ke Jakarta untuk diajak bermesraan. Perempuan itu pun ditempatkan di bungalow miliknya.

Pada suatu waktu, Ajeng jatuh sakit dan dipindahkan ke rumah pribadi Tambah di Tangerang. Di sini, Ajeng dikunjungi saudara kandungnya, Mas Sutejo. Keduanya langsung akrab sebab masih sedarah. Namun, Oei tak mengerti dan melihat itu sembari dipanasi bara api cemburu.

Kemudian, Oei memerintahkan anak buahnya buat membunuh Sutejo. Maka, tewaslah pria Pekalongan itu. Untuk mengelabui, ia juga membunuh anak buahnya dan menuduh pesaingnya Liem Soe King sebagai tersangka.

Namun, akal bulus Oei tercium polisi yang sudah jengah atas tingkah lakunya sejak dahulu. Aparat tak percaya dan sukses mengumpulkan bukti hingga menyatakan bahwa Sutejo tewas di tangan Tambah. Dari sini, dia dibawa ke pengadilan.

Hakim memberi vonis hukuman mati. Akhirnya, pada 1851, dia dihukum gantung di depan Balai Kota (kini kawasan Kota Tua). Hukuman gantung itu disaksikan secara luas oleh warga Jakarta, sembari mengingatkan bahwa tak ada satupun orang yang bisa bertindak sewenang-wenang.

Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu. Lewat kisah seperti ini, CNBC Insight juga menghadirkan nilai-nilai kehidupan dari masa lampau yang masih bisa dijadikan pelajaran di hari ini.

(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |