Emas Menyerah Kalah: Harganya Jatuh, Terperosok ke US$ 2.900

9 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas akhirnya jatuh menembus level US$2.900 per troy ons. Anjloknya harga emas karena emas masih dijadikan barter kerugian dan aksi investor yang memilih dolar Amerika Serikat (AS) karena kekhawatiran perang dagang semakin dalam.

Pada perdagangan  Senin (7/4/2025), harga emas dunia di pasar spot anjlok 1,81% di level US$2.982,34 per troy ons. Ini adalah kali pertama emas terpental dari level US$ 3.000 sejak 14 Maret lalu atau 15 hari perdagangan terakhir. Harga penutupan kemarin juga menjadi yang terendah dalam 15 hari.

Emas terus melemah dalam tiga hari perdagangan dengan pelemahan mencapai 5%.

Pada perdagangan hari ini Selasa (8/4/2025) hingga pukul 05.49 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,09% di posisi US$2.985,11 per troy ons.

Harga emas anjlok lebih dari 1% pada perdagangan Senin karena investor memilih dolar sebagai tempat berlindung yang aman setelah tarif AS yang luas menimbulkan kekhawatiran akan resesi global.

Namun, analis tetap optimis terhadap emas batangan mengingat kondisi ekonomi yang menantang.

Investor menjual emas secara besar-besaran untuk menutup kerugian dari kejatuhan pasar saham ataupun kripto dan instrument lainnya.

Emas pun kemudian dijadikan instrument untuk menutup kerugian di saham atau aset berisiko lainnya serta memenuhi margin call (permintaan tambahan dana dari broker).
Kondisi ini memicu "forced selling", bukan karena emas jelek, tapi karena investor butuh uang tunai cepat.

"Kita cenderung melihat emas sebagai aset likuid yang digunakan untuk memenuhi margin call di tempat lain, jadi tidak mengherankan jika emas dijual setelah peristiwa berisiko, mengingat perannya dalam portofolio," kata Suki Cooper, analis di Standard Chartered, kepada Reuters.

Seperti diketahui, pasar saham jeblok pada akhir pekan lalu karena meningkatnya kekhawatiran mengenai perang dagang,

"Harga emas anjlok karena investor beralih ke uang tunai dan tempat berlindung yang aman lainnya seperti Franc Swiss dan Yen Jepang di tengah gejolak pasar, yang menciptakan risiko koreksi yang lebih dalam," ujar Nikos Tzabouras, analis pasar senior di Tradu.com, kepada Reuters.

Dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya selama dua hari beruntun dan menembus level 103, menjauh dari level terendah dalam enam bulan yang dicapai minggu lalu.

Pada penutupan perdagangan kemarin, Senin (7/4/2025), indeks dolar (DXY) menguat 0,23% di level 103,26. Dolar AS yang lebih kuat membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

"Setelah debu mereda, risiko resesi yang meningkat, dolar yang lebih lemah, imbal hasil riil yang lebih rendah, dan ekspektasi penurunan suku bunga yang lebih besar semuanya akan berperan dalam mendukung pemulihan (emas)," ujar Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.

Kontrak berjangka sekarang menunjukkan sekitar 120 basis poin penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS pada bulan Desember, dengan pasar memperkirakan sekitar 47% peluang penurunan suku bunga AS pada bulan Mei.

Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas batangan karena tidak menghasilkan bunga.

"Koreksi emas masih relatif dangkal dengan level support utama bertahan, terutama garis tren dari level terendah Januari di US$2.975 menjelang level tertinggi Februari di sekitar US$2.955," ujar Hansen.

Emas, yang digunakan sebagai investasi aman selama masa ketidakpastian politik dan keuangan, mencapai puncak tertinggi sepanjang masa di US$3.167,57 pada Kamis lalu, didorong oleh arus masuk aset safe haven yang kuat di tengah ketidakpastian geopolitik dan permintaan bank sentral yang kuat.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |