Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara bergerak sangat volatile dalam empat hari terakhir.
Merujuk Refinitiv, harga batu bara kontrak Januari pada perdagangan Senin (1/12/2025) ditutup di US$ 109,20 atau jatuh 1,49%. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan sebesar 1,1% pada Jumat pekan lalu.
Dalam sepekan terakhir, harga batu bara sangat volatile. Harga batu bara jatuh 0,9% pada Kamis pekan lalu (27/11/2025) tetapi kemudian menguat 0,7% pada Jumat. Pada Senin pekan ini, harganya jatuh 0,82% tetapi kemudian melonjak pada Selasa.
Pasar batu bara termal dengan kualitas "low-CV" terutama yang diimpor ke China sedang menghadapi tekanan harga. Penawaran untuk batu bara impor kualitas rendah dari Indonesia turun.
Namun harga sulit dijual pada level itu, karena pembeli (utilities / perusahaan listrik di China) menahan pembelian. Beberapa pedagang bahkan mempertimbangkan penurunan harga lebih lanjut.
Banyak pelabuhan di utara China melaporkan stok tinggi, distribusi kapal bertambah, sehingga tekanan jual kuat. Baik utilitas listrik maupun industri non-listrik mengurangi konsumsi batu bara.
Pasar Batu Bara India Terbelah
Dari India, data S&P menyebutkan freight batu bara menuju India menunjukkan tren campuran pada pekan-ke-pekan. Fleksibilitas ini mencerminkan perbedaan spesifik rute, pasokan kapal, dan permintaan pada tujuan berbeda.
Contohnya rute-rute dari Australia dan Afrika Selatan ke India mengalami penguatan freight rates, sedangkan rute dari Indonesia ke India sempat melemah.
Faktor pendukung penguatan pada beberapa rute: permintaan batu bara dan komoditas lain tetap ada, ketersediaan kapal relatif ketat di jalur tertentu, dan kondisi pasar Pacific Basin cukup mendukung.
Di sisi lain, pada rute tertentu (termasuk Indonesia-India), freight rates menurun karena ketersediaan kapal memadai dan aktivitas charter atau pemesanan kapal relatif rendah.
Menurut data terbaru, stok batu bara thermal di pelabuhan-pelabuhan India naik minggu lalu, terutama di pelabuhan di pantai timur. Kenaikan stok ini memberi tekanan bagi freight & impor baru karena utilitas dan buyer merasa stok sudah cukup sehingga beberapa buyer mengambil posisi wait-and-see, menyebabkan frekuensi pemesanan kapal dan pengiriman melambat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae/mae)

1 hour ago
1

















































