Harta Karun Emas Ribuan Tahun Ditemukan di Jateng, Warga Kaya Mendadak

56 minutes ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak ada yang menyangka tanah persawahan di Desa Wonoboyo, Klaten, Jawa Tengah, ternyata menyimpan rahasia berlapis-lapis yang baru diketahui setelah ribuan tahun. Di bawah endapan tua dan permukiman warga, belasan kilogram emas, warisan ribuan tahun silam, muncul satu demi satu dan mengubah desa sunyi itu jadi pusat kehebohan nasional.

Awalnya, cerita soal harta karun sudah jadi buah bibir masyarakat sejak ratusan tahun. Diceritakan, tanah Wonoboyo menyimpan harta karun emas dari dalam tanah sawah dalam jumlah sangat fantastis. Namun, warga tak bisa mengambilnya sebab dijaga oleh ular naga. 

Cerita kemudian terus bergulir lintas generasi. Namun, desakan ekonomi dan kebutuhan membuat warga akhirnya nekat mematahkan mitos tersebut. Pada Oktober 1990, seorang ibu rumah tangga bernama Tjipto, menguruk tanah sawah dan tanpa sengaja menemukan harta karun emas seberat 12 kg. Menurut Suara Pembaruan (4 Mei 1991), emas itu berupa berbagai benda kuno.

"Ada bentuk mangkuk, cawan, gayung, yang semuanya terbuat dari emas 20 karat. Setelah dibersihkan, beratnya mencapai 12 Kg," tulis harian tersebut.

Jika diuangkan dengan harga emas sekarang, nilai 12 kilogram itu setara sekitar Rp28 miliar. Tak sampai dua bulan kemudian, pada 15 Desember 1990, Bali Post (16 Desember 1990) melaporkan penemuan kedua yang nilainya bahkan lebih besar, yakni 15,40 kg artefak emas 18 karat. Tak jauh dari sana, warga juga menemukan 12,94 kg emas tambahan serta 3,84 kg perak.

Rangkaian temuan ini membuat masyarakat yakin bahwa cerita ratusan tahun lalu soal lapisan tanah Wonoboyo terbukti benar.

"Penemuan itu memunculkan prakiraan bahwa wilayah itu merupakan 'ladang emas'," tulis Bali Post.

Kabar itu dengan cepat menyebar, membuat Wonoboyo mendadak ramai. Orang-orang dari berbagai daerah datang dan mulai menggali tanah persawahan. Di sinilah muncul kelogisan dari cerita kuno tersebut. Ternyata, para leluhur menciptakan cerita tanah emas di Wonoboyo agar tanah persawahan tidak rusak. Sebab penggalian masif buat harta karun sangat merusak. 

"Sebenarnya sih itu merupakan upaya pengamanan agar petak sawah tidak jadi lahan perburuan," kata Kepala Desa, Hartowiyono.

Hingga tahun berikutnya, laporan penemuan emas terus berdatangan. Suara Karya (26 Februari 1991) menulis bahwa seorang warga bernama Guntoro mendapatkan 10 kg emas di kedalaman 5 meter. Dua hari setelahnya, Kompas (28 Februari 1991) memberitakan ada warga lain yang menemukan 8 kg emas di lapisan tanah berbeda.

Temuan-temuan ini tentu sangat menggoda secara ekonomi. Bila dijual ke penadah, para penemu bisa langsung menjadi miliarder. Namun pemerintah melarang penjualan bebas karena benda-benda itu dikategorikan sebagai peninggalan sejarah. Sebagai gantinya, negara menyediakan kompensasi resmi sebesar Rp201 juta. Meski demikian, kebijakan itu tetap tak meredam semangat warga berburu harta karun.

Menurut tim peneliti, seperti dikutip Angkatan Bersenjata (21 Juni 1990), artefak tersebut berasal dari abad ke-9 hingga ke-10, masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno. Harta itu diperkirakan tertimbun letusan Gunung Merapi yang membawa endapan lahar dingin, sehingga lambat laun terkubur dalam lapisan tanah. Penafsiran ini sejalan dengan kondisi stratigrafi lokasi penemuan pertama pada Oktober 1990, yang memperlihatkan proses penguburan berlapis akibat aktivitas vulkanik selama berabad-abad.

Kini, seluruh harta karun emas Wonoboyo telah dikumpulkan dan menjadi koleksi penting di Museum Nasional, Jakarta.

(wur)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |