Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan rasa lega setelah Amerika Serikat (AS) memastikan tetap membuka pintu bagi impor udang Indonesia.
Kepastian ini datang setelah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ditunjuk sebagai satu-satunya otoritas untuk menerbitkan sertifikasi bebas kontaminasi Cesium-137 bagi produk udang yang masuk ke pasar AS.
Trenggono mengatakan, keputusan AS tersebut menjadi titik balik penting setelah kekhawatiran besar muncul di sektor budidaya dan pengolahan udang nasional. Dengan luas tambak mencapai 247.803 hektare, nasib jutaan masyarakat yang menggantungkan hidup pada sektor ini sempat berada dalam bayang-bayang ketidakpastian.
"Luasan tambak udang kita itu 247.803 hektare, dan itu tradisional. Itu tidak kurang dari 15 juta orang yang menggantungkan hidupnya di situ," kata Trenggono saat acara Pelepasan Ekspor Udang RI Bersertifikat Bebas Kontaminasi Cesium-137 (Cs-137) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (3/12/2025).
Ia pun mengenang masa penuh tekanan ketika para petambak melaporkan makin besarnya jumlah udang yang tak kunjung diserap pasar akibat hambatan ekspor "Asosiasi petambak bercerita udangnya semakin besar, semakin besar, semakin nggak kuat untuk ngasih makan," ujarnya.
Dalam situasi panik tersebut, Trenggono berusaha menenangkan para petambak dengan segala cara.
"Saya bilang tenang, tenang, tenang. Udang nggak diambil makin besar makin bagus. Tapi mereka bilang duitnya nggak cukup. Saya bilang jangan dikasih makan, nanti makan alga di situ. Itu saya katakan saking memberikan ketenangan," ucap dia.
Secara pararel, pemerintah juga intens berkomunikasi dengan otoritas Amerika Serikat. Hasilnya, KKP diberi mandat penting sebagai lembaga sertifikasi tunggal.
"Sampai yang terakhir kemudian yang paling penting adalah ketika otoritas Amerika menunjuk kita. Menunjuk Kementerian Kelautan Perikanan sebagai satu-satunya otoritas yang diberi kepercayaan untuk memberikan sertifikasi," kata Trenggono.
Menurutnya, Indonesia sudah menerima spesifikasi teknis dari AS, dan sertifikasi akan diberikan setelah para pengolah produk perikanan memiliki peralatan yang memenuhi standar.
"Mereka yakinkan bahwa itu tidak ada, kita akan berikan sertifikasi. Itu cara-cara untuk kita adalah bekerja bersama, transparan," ujarnya.
Trenggono juga menegaskan besarnya nilai ekonomi udang dalam perdagangan global, terutama bagi Indonesia.
"Dan tujuannya adalah bagaimana kita betul-betul bisa sukses dalam ekspor sektor seafood atau udang. Karena udang sendiri nilai ekspor kita itu sangat besar, US$1,6 miliar sampai US$2 miliar. Dan terima kasih Amerika adalah pasar yang paling besar," ucap Trenggono.
Namun sebelum kepastian itu datang, ia mengaku sempat dihantui kekhawatiran serius bersama Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas).
"Jujur, pada waktu itu saya diskusi sama Ibu Ishartini (Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan). Gimana ya kalau kita benar-benar di-banned AS, seandainya begitu," tuturnya.
"Kalau kita benar-benar di-banned, ini yang stress adalah saya dan Pak Menko. Karena para pembudidaya yang jumlahnya jutaan itu pasti teriak semua," sambung dia.
Beruntung, kata Trenggono, AS tetap membutuhkan pasokan udang dari Indonesia. "Walaupun sebelum itu juga sudah banyak yang telepon. Tapi ternyata Amerika tetap membutuhkan udang dari Indonesia, Alhamdulillah. Jadi artinya sedapat mungkin Amerika menginginkan udang dari Indonesia ini masih sangat dibutuhkan dari Amerika," kata Trenggono.
Kendati demikian, ia tetap mengingatkan persaingan di pasar udang global semakin ketat, terutama dengan hadirnya negara produsen besar lain.
"Di tengah persaingan yang begitu luar biasa, kita dapat persaingan dari Ekuador yang produksinya juga besar. Dari China, dari India, bahkan Vietnam," tuturnya.
Karena itu, pemerintah berkomitmen memperkuat industri nasional dari hulu hingga hilir. "Jadi terus kita akan tingkatkan. Kita akan revitalisasi seluruh tambak-tambak rakyat yang jumlahnya 247 ribu," ucap dia.
Trenggono menegaskan, kepercayaan yang diberikan AS hari ini harus dijaga dengan kerja sama lintas lembaga. "Dan sekarang Alhamdulillah, di hari ini kita sudah mulai bisa ekspor ke sana (AS), dan sudah dipercaya. Selanjutnya nanti bersama dengan BRIN, dengan Bapeten, tentu kita akan bekerjasama," pungkasnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]

47 minutes ago
1

















































