Mesin Ekonomi RI Memanas! Sinyal Positif dari AS Kencang, Pesta Mulai?

1 hour ago 1
  • Pasar keuangan Tanah Air bergerak beragam pada perdagangan kemarin, dengan IHSG ditutup menguat sementara rupiah kembali bergerak terbatas terhadap dolar AS
  • Wall Street ambruk berjamaah di tengah kekhawatiran mengenai pasar kripto
  • Pelaku pasar masih akan mencermati hasil rilis data ekonomi dalam negeri serta menguatnya proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed.

Jakarta, CNBC Indonesia -  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat 0,49% ke level 8.548,79. Sementara itu, rupiah cenderung bergerak terbatas di tengah rilis sejumlah data makro penting, mulai dari inflasi November hingga neraca dagang dan PMI manufaktur.

Pasar keuangan hari ini diharapkan dapat melanjutkan penguatan seiring meredanya tekanan eksternal dan meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed bulan ini. Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup menguat 0,49%, atau naik 40,08 poin ke level 8.548,79. Dari total emiten yang diperdagangkan, sebanyak 317 saham menguat, 380 melemah, dan 113 stagnan. Aktivitas pasar tergolong ramai, dengan nilai transaksi mencapai Rp21,70 triliun, melibatkan 45,10 miliar saham dalam 2,6 juta kali transaksi.

Ditengah penguatan IHSG, investor asing justru kembali mencatatkan aksi jual dengan total net sell sebesar Rp120,38 miliar.

Mayoritas sektor perdagangan bergerak di zona merah, namun sektor teknologi dan energi mencatat penguatan tertinggi. Sektor properti serta konsumer primer justru melemah paling dalam pada sesi perdagangan kemarin.

Saham Telkom Indonesia (TLKM) menjadi penggerak utama IHSG setelah melesat 3,99% ke Rp3.650 per saham, menyumbang 15,41 indeks poin. Emiten lain yang turut menopang penguatan IHSG antara lain BBCA, DSSA, GOTO, dan ENRG.

Beralih ke nilai tukar, rupiah ditutup stagnan pada penutupan perdagangan kemarin, Senin (1/12/2025). Rupiah mengakhiri hari di posisi Rp16.655/US$, sama seperti penutupan sebelumnya. Sepanjang perdagangan, rupiah bergerak dalam rentang Rp16.640-Rp16.670/US$, mencerminkan pergerakan yang terbatas.

Pergerakan rupiah ini terjadi meskipun dolar AS melemah di pasar global. Indeks dolar (DXY) tercatat turun 0,07% ke 99,390. Tekanan pada dolar seharusnya menjadi ruang bagi rupiah untuk menguat, namun pelaku pasar memilih berhati-hati menunggu data makro lanjutan dan arah kebijakan moneter global, terutama sikap The Fed pada pertemuan pekan depan.

BPS melaporkan inflasi November 2025 sebesar 0,17% (mtm) dan 2,72% (yoy), dengan inflasi year-to-date mencapai 2,27%, masih dalam rentang target Bank Indonesia. BPS juga merilis surplus neraca perdagangan Oktober 2025 sebesar US$2,4 miliar, lebih rendah dari US$4,34 miliar pada September tetapi tetap memperpanjang surplus selama 66 bulan beruntun.

Dari eksternal, dolar AS melemah setelah investor menatap Desember sebagai bulan krusial terkait peluang pemangkasan suku bunga terakhir The Fed tahun ini dan potensi penunjukan Ketua The Fed baru yang lebih dovish. Ekspektasi pasar kini menetapkan 87% peluang pemangkasan suku bunga 25 bps pada pertemuan FOMC pekan depan.

Selain itu, laporan bahwa Kevin Hassett menjadi kandidat terkuat pengganti Jerome Powell semakin menekan dolar AS. U.S. Treasury Secretary Scott Bessent bahkan mengisyaratkan bahwa keputusan terkait Ketua The Fed bisa keluar sebelum Natal.

Meski dolar tengah berada dalam tren pelemahan, rupiah hanya bergerak tipis akibat pasar masih mencermati campuran sentimen domestik dan ketidakpastian global.

Adapun di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun tercatat stagnan di level 6,134%, tidak berubah dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Minimnya pergerakan ini menunjukkan sikap wait and see pelaku pasar menjelang rilis data tenaga kerja AS serta keputusan kebijakan The Fed yang semakin dekat.

Pages

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |