Perang Dagang AS-China Mau Damai, Ini Bukti Baru Trump dan Xi Jinping

2 days ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang melalui tarif impor antara Amerika Serikat (AS) dan China bisa saja berakhir "damai". Setidaknya ini terlihat dari update terbaru, Minggu (11/5/2025).

AS dan China memang melakukan pembicaraan terkait perang dagang keduanya sejak akhir pekan. Pembicaraan hari kedua berlangsung kemarin.

Mengutip AFP pembicaraan berlangsung di Jenewa, Swiss, di kediaman duta besar Swiss untuk PBB. Pertemuan tertutup terjadi antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Perwakilan Perdagangan Jamieson Greer dan Wakil Perdana Menteri (PM) China He Lifeng.

"Kami telah membuat kemajuan substansial antara Amerika Serikat dan Tiongkok dalam pembicaraan dagang yang sangat penting," kata Bessent kepada wartawan setelah pertemuan.

"Pembicaraan itu produktif," katanya lagi tanpa memberikan detil pembicaraan dan berjanji memberitahu hasilnya Senin waktu setempat.

Sementara itu Wakil Perdana Menteri China He Lifeng mengatakan kepada wartawan bahwa pertemuan tersebut telah mencapai "kemajuan substansial". Ia menggambarkan diskusi kedua negara sebagai "terus terang, mendalam, dan konstruktif".

"Ini adalah langkah pertama yang penting," ujar "pembantu" Presiden Xi Jinping itu.

Anggota delegasi Tiongkok meninggalkan kediaman tempat pembicaraan perdagangan antara delegasi Tiongkok dan AS berlangsung di Jenewa, Swiss, 10 Mei 2025. REUTERS/Denis BalibouseFoto: Anggota delegasi China meninggalkan kediaman tempat pembicaraan perdagangan antara delegasi China dan AS berlangsung di Jenewa, Swiss, 10 Mei 2025. REUTERS/Denis Balibouse.

Hal sama juga ditegaskan perwakilan perdagangan internasional China Li Chenggang. Menurutnya kedua belah pihak telah sepakat untuk membentuk mekanisme bersama yang difokuskan pada "komunikasi rutin dan tidak rutin terkait dengan masalah perdagangan dan komersial".

"Jika hidangannya lezat, waktu bukanlah masalah," ujarnya menegaskan komunike.

"Kapan pun dirilis, itu akan menjadi berita besar dan baik," tambahnya.

Pertemuan tersebut menandai pertama kalinya pejabat senior dari dua ekonomi terbesar dunia bertemu langsung membahas perdagangan sejak Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif baru yang tinggi terhadap impor China, dengan total 145% dan beberapa barang mencapai 245%. Sebagai balasan, China mengenakan tarif 125% terhadap barang-barang AS.

"Diskusi ini menandai langkah maju yang signifikan dan, kami harap, menjadi pertanda baik bagi masa depan," kata kepala Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala dalam sebuah pernyataan tak lama setelah pertemuannya sendiri dengan He Lifeng.

"Di tengah ketegangan global saat ini, kemajuan ini penting tidak hanya bagi AS dan China tetapi juga bagi seluruh dunia, termasuk ekonomi yang paling rentan," tambahnya.

Beberapa analis melihat, AS dan China mulai menyadari perang dagang tak menguntungkan. Beberapa menyebut berita ini menggembirakan.

"Pembicaraan ini mencerminkan bahwa keadaan hubungan perdagangan saat ini dengan tarif yang sangat tinggi ini pada akhirnya tidak menguntungkan Amerika Serikat maupun China," kata kepala ekonom global Citigroup Nathan Sheets yang menyebut tarif tersebut sebagai "proposisi yang merugikan kedua belah pihak".

"Ini benar-benar menggembirakan. Kedua belah pihak menghabiskan lebih dari 15 jam dalam diskusi. Itu waktu yang lama bagi dua negara untuk bertemu, dan saya melihatnya sebagai hal yang positif," kata Wakil Presiden Asia Society Policy Institute (ASPI) Wendy Cutler.

Namun, seorang peneliti nonresiden senior di Peterson Institute for International Economics, Gary Hufbauer, mengatakan fakta bahwa pembicaraan itu benar-benar terjadi adalah berita baik bagi bisnis dan bagi pasar keuangan. Tapi dirinya skeptis soal hubungan AS dan China.

"Sangat skeptis bahwa akan ada pengembalian ke sesuatu seperti hubungan perdagangan AS-China yang normal. Bahkan tarif sebesar 70-80% masih berpotensi mengurangi setengah perdagangan bilateral," katanya.

Sebelumnya, menjelang pertemuan, Trump mengisyaratkan bahwa ia mungkin akan menurunkan tarif China. Di media sosial, ia mengaku 80% merupakan tarif yang ideal.

Pertemuan ini juga dilakukan setelah AS membuat perjanjian perdagangan dengan Inggris, negara pertama yang berhasil melakukan negosiasi dengan Trump. Kesepakatan lima halaman itu berisi keringanan bea masuk di sektor tertentu meski Trump tetap memberlakukan tarif 10% pada sebagian besar barang Inggris.

"KEMAJUAN HEBAT!!," ujar Trump Sabtu setelah pembicaraan pertama di laman Truth Social.

"Kami ingin melihat, demi kebaikan China dan AS, keterbukaan China terhadap bisnis Amerika," imbuhnya.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: China Bantah Ada Negosiasi Dagang Dengan AS

Next Article Panas Ancaman Perang Dagang Jilid II AS Vs China, KKP Mulai Siap-Siap

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |