Jakarta, CNBC Indonesia - Perang perebutan "harta karun bumi" mineral kritis logam tanah jarang (rare earth) makin seru. Setelah China melakukan pengendalian ekspor, memicu kemarahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan ancaman menaikkan tarif important barang Beijing 100%, sejumlah negara melakukan manuver.
Eropa misalnya berupaya untuk mendapatkan hati pemerintahan Presiden Xi Jinping. Para pejabat Uni Eropa (UE) dan China dilaporkan telah sepakat mengadakan pertemuan di Brussels untuk pembicaraan "mendesak".
Perlu diketahui, China adalah produsen mineral terkemuka dunia yang digunakan untuk membuat magnet, yang penting bagi industri otomotif, elektronik, dan pertahanan. Bulan ini Tirai Bambu mengumumkan pengendalian baru terhadap ekspor teknologi logam tanah jarang, yang membuat kelangkaan pasokan dunia.
"Saya menghargai diskusi konstruktif hari ini di mana kami sepakat untuk mengintensifkan kontak di semua tingkatan," kata kepala perdagangan Uni Eropa Maros Sefcovic, dikutip AFP, Rabu (22/10/2025).
"Saya mengundang otoritas Tiongkok untuk datang ke Brussel dalam beberapa hari mendatang guna mencari solusi mendesak. Menteri Wang Wentao telah menerima undangan ini," tambahnya di Parlemen Eropa di Strasbourg, Prancis.
UE telah menyatakan bahwa pembatasan China telah memaksa beberapa perusahaan di blok tersebut untuk menghentikan produksi dan menimbulkan kerugian ekonomi. Sefcovic menyebut kontrol ekspor tersebut "tidak dapat dibenarkan dan merugikan".
Brussel telah berkoordinasi dengan mitra G7 untuk menanggapi pembatasan yang diberlakukan China. Tetapi Sefcovic mengatakan bahwa Uni Eropa "tidak tertarik pada eskalasi".
"Namun, situasi ini membayangi hubungan kita. Oleh karena itu, resolusi yang cepat sangatlah penting," kata Sefcovic.
Sebelumnya, dua negara yakni AS dan Eropa menandatangani kesepakatan penting tentang mineral kritis logam tanah jarang ini. Apalagi kalau bukan untuk melawan aturan China.
Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese menyetujui proyek yang bernilai total hingga US$ 8,5 miliar (sekitar Rp 140,25 triliun). Nantinya, AS akan berinvestasi besar-besaran dalam pemrosesan "harta karun" itu di Australia, salah satu dari sedikit negara di dunia selain China.
"Akan ada tiga kelompok proyek gabungan antara kedua negara, termasuk perusahaan seperti Alcoa. Salah satu proyek adalah joint venture antara Australia, AS, dan Jepang," tuturnya dikutip CNBC International.
Secara spesifik, Pentagon akan berinvestasi dalam pembangunan kilang gallium di Australia barat dengan kapasitas 100 metrik ton per tahun. Gallium merupakan mineral yang sangat penting dalam semikonduktor.
Selain itu, Gedung Putih mengumumkan bahwa Export-Import Bank AS akan mengeluarkan tujuh surat minat pembiayaan senilai lebih dari US$ 2,2 miliar (Rp 36,3 triliun). Hal ini diperkirakan akan membuka total investasi hingga US$ 5 miliar (Rp 82,5 triliun).
"Mereka mengancam kami dengan rare earths, dan saya mengancam mereka dengan tarif, tetapi saya juga bisa mengancam mereka dengan banyak hal lain, seperti pesawat terbang," kata Trump.
Trump sendiri yakin inisiatif ini akan segera menghasilkan hasil. Ia menyebut telah membangun kerjasama dengan negara lain untuk menghindarkan krisis ini.
"Sekitar setahun dari sekarang, kita akan memiliki begitu banyak mineral kritis dan rare earths sehingga kalian tidak akan tahu apa yang harus dilakukan dengannya," tambah Trump kepada wartawan.
"AS juga bekerja sama dengan negara-negara lain untuk membangun rantai pasokan yang tidak bergantung pada China," tegasnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Incar Harta Karun Langka, Eks PM Malaysia Komentar Begini