Tarif Trump Mengguncang Dunia, Jadi Buah Simalakama Bank Sentral RI Cs

8 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah agresif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam memberlakukan tarif baru telah memicu tantangan besar bagi bank sentral di negara-negara berkembang, memaksa mereka untuk menyeimbangkan kepentingan antara mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan mata uang yang rapuh.

Selama ini, negara-negara seperti India dan Indonesia cenderung berhati-hati dalam memangkas suku bunga, dengan ingatan pahit akan krisis keuangan masa lalu yang pernah mengguncang stabilitas ekonomi mereka.

Namun, dinamika baru dari kebijakan dagang AS kini menggeser fokus utama para pembuat kebijakan moneter di negara-negara ini. Kekhawatiran terhadap fondasi ekonomi jangka panjang mulai mengalahkan rasa takut akan gejolak pasar jangka pendek.

"Rekonfigurasi prioritas ekonomi semacam ini kemungkinan akan membuat mata uang lokal menghadapi tekanan lebih besar tahun ini, karena bank sentral berusaha mendorong pertumbuhan melalui pelonggaran kebijakan moneter," kata David Chao, ahli strategi pasar global Asia Pasifik di Invesco, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (7/4/2025).

Chao juga mencatat bahwa untuk pertama kalinya, bank-bank sentral Asia bisa saja mulai melakukan pelonggaran lebih dahulu dibandingkan Federal Reserve AS (The Fed).

Selama ini, pasar negara berkembang sangat rentan terhadap perbedaan suku bunga yang mencolok dengan AS. Kesenjangan tersebut seringkali memicu arus modal keluar yang tidak terkendali, dengan konsekuensi ekonomi dan politik yang mengganggu.

Kondisi makin rumit pekan lalu, setelah pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang menunjukkan sikap wait and see, menandakan bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga lebih lanjut-bahkan ketika pasar global sedang bergejolak.

Sikap tersebut sangat bertolak belakang dengan ekspektasi pasar, yang memperkirakan hampir lima kali pemangkasan suku bunga AS masing-masing sebesar 25 basis poin tahun ini.

Meski demikian, banyak negara berkembang telah memperkuat daya tahan ekonomi mereka dalam beberapa dekade terakhir melalui peningkatan cadangan devisa, pengawasan pasar yang lebih baik, dan disiplin fiskal yang lebih ketat.

India, misalnya, telah melakukan pemangkasan suku bunga pertama dalam 5 tahun pada Februari lalu. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, bank sentral India lebih memilih untuk menyuntikkan likuiditas ke sistem perbankan guna mengatasi kekurangan kas, ketimbang memangkas suku bunga lebih lanjut karena khawatir terhadap tekanan terhadap nilai tukar rupee.

Kini, tarif perdagangan menjadi variabel pengubah permainan. Bank sentral India diperkirakan secara luas akan memangkas suku bunga sebesar setidaknya 25 basis poin minggu ini. Bahkan, ada ekspektasi untuk pemangkasan lanjutan sebesar 50 basis poin dalam tahun ini.

Perbedaan Regional

Dampak terhadap negara berkembang sangat bervariasi secara geografis.

Menurut laporan Reuters, Indonesia, sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, menghadapi tekanan yang lebih besar dalam hal ruang untuk menurunkan suku bunga. Kekhawatiran investor terhadap rencana belanja pemerintah turut memperberat posisi mata uang tersebut.

Pemerintah pun diperkirakan akan melakukan intervensi besar-besaran untuk menstabilkan rupiah saat pasar dibuka kembali setelah libur panjang selama 11 hari hari ini, Selasa (8/4/2025).

"Rupiah yang melemah tajam kemungkinan besar akan menyebabkan jeda yang jauh lebih panjang dalam penurunan suku bunga kebijakan, meskipun biasnya tetap ke arah pelonggaran dalam jangka waktu yang lebih panjang," ujar Michael Wan, analis mata uang senior di Mitsubishi UFJ Financial Group.

Sementara itu, di Amerika Latin-yang sebagian besar negara di sana terkena tarif lebih rendah-bank sentral justru lebih proaktif dan telah lebih dulu melakukan pelonggaran dibandingkan The Fed dalam beberapa bulan dan tahun terakhir. Namun, perkembangan terbaru membatasi ruang gerak mereka.

Brasil menghadapi tantangan tersendiri karena harus menanggulangi ekspektasi inflasi yang tidak terkendali, setelah rencana belanja tahun lalu menimbulkan kekhawatiran fiskal dan menjatuhkan nilai tukar real ke titik terendah sepanjang masa. Bulan lalu, bank sentral Brasil menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin untuk ketiga kalinya secara berturut-turut.

Bank Sentral Meksiko, sebaliknya, justru memangkas suku bunga bulan lalu, seraya memperingatkan meningkatnya ketidakpastian akibat ketegangan dagang di tengah perlambatan ekonomi. Meksiko memang tidak termasuk dalam paket tarif baru yang diumumkan Trump pada 2 April, namun tetap menghadapi tarif 25% yang telah diberlakukan sebelumnya untuk sejumlah produk.

"Jika pertumbuhan ekonomi melambat, maka bank sentral-tergantung pada fokus mereka-seharusnya memangkas suku bunga. Tapi hal itu bisa berdampak pada nilai tukar yang mungkin tidak mereka inginkan," ujar Aurelie Martin dari manajer aset Ninety One.

Ia juga menambahkan bahwa Asia dan Meksiko kemungkinan menjadi kawasan yang paling terpengaruh.

"Banyak negara kemungkinan harus menghadapi dilema yang sama lagi-apakah mereka ingin memangkas suku bunga, atau justru menaikkannya di tengah risiko resesi."

Tarif baru pekan lalu telah menciptakan trade-off yang bahkan lebih buruk bagi banyak negara berkembang, dibandingkan situasi sebelumnya.

Korea Selatan, yang juga berpengalaman menghadapi krisis keuangan, diperkirakan akan mendapat tekanan untuk segera menggulirkan kebijakan stimulus fiskal dan moneter. Namun, negara tersebut tetap sangat waspada terhadap risiko baru di tengah utang rumah tangga yang tinggi.

"Ada banyak pembicaraan mengenai kebijakan stimulus ekonomi dan memang ada kebutuhan untuk itu, tapi kita harus memastikan bahwa langkah-langkah itu tidak merusak apa yang telah kita capai dalam dua hingga tiga tahun terakhir dalam mengendalikan utang rumah tangga," kata Gubernur Bank of Korea, Rhee Chang-yong, pekan lalu setelah pengumuman tarif AS.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Dampak Indonesia & Jepang Terhadap Kebijakan Tarif Trump

Next Article Trump Jadi Presiden AS, Xi Jinping Ancang-ancang Lakukan Ini

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |