Trump Dihukum Investor : Yield Obligasi Amerika Terbang

7 hours ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil obligasi jangka panjang Amerika Serikat (AS) terbang akhir-akhir ini menunjukkan sikap investor yang menghukum Trump dengan ramai menjual surat utang negeri Paman Sam tersebut.

Sepanjang pekan ini, yield obligasi acuan AS untuk tenor 10 tahun (US Treasury) melonjak ke level paling tinggi di 4,62%, sempat tersentuh pada 21 Mei lalu secara intraday.

Adapun penutupan Jumat lalu (23/5/2025), yield mulai mendingin dengan turun sekitar 5 basis poin (bps) dalam sehari ke posisi 4,50%.

Meski begitu, selama empat pekan yield obligasi masih terus dalam tren naik, menunjukkan harga semakin turun, seiring investor keluar dari pasar suat utang.

Adapun untuk tenor 30 tahun mengalami lonjakan yang lebih tinggi, sempat mencapai 5,15% pada 22 Mei lalu secara intraday. Ini merupakan level tertinggi sejak Oktober 2023. Selain sejak itu, imbal hasil 30 tahun ini belum pernah setinggi itu sejak Juli 2007.

Kenaikan yield ini terus terjadi setelah Lembaga pemeringkat utang, Moody's Investors Service resmi menurunkan peringkat kredit pemerintah ASdari AAA menjadi AA1 pada Jumat (17/5/2025) waktu AS.

Penurunan ini menandai berakhirnya status "triple-A" dari Moody's, yang sebelumnya masih bertahan dibanding dua lembaga lainnya, Standard & Poor's dan Fitch Ratings.

Moody's menilai lonjakan beban utang dan meningkatnya biaya bunga sebagai penyebab utama koreksi peringkat.

"Penurunan satu tingkat ini mencerminkan tren jangka panjang peningkatan rasio utang dan pembayaran bunga ke level yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara dengan profil kredit serupa," tulis Moody's dalam pernyataan resminya.

Dalam obligasi, yield yang yang terus naik menunjukkan harga yang sedang turun. Artinya investor banyak keluar dari pasar obligasi AS. Salah satu investor terbesar surat uang negeri Paman Sam ini adalah Jepang.

Negeri bunga Sakura itu kini juga tengah memiliki masalah di pasar obligasi mereka sendiri. Pada pekan ini, imbal hasil obligasi Jepang (JGB) tenor 30 tahun sempat melonjak ke tingkat tertingginya sejak pertama kali diterbitkan pada 1999.

Melansir Zerohedge, likuiditas untuk obligasi Jepang tenor panjang sempat menghilang hanya dalam hitungan jam, hal mengejutkan para trader dan investor yang menandai saat ini Jepang tengah dilanda krisis obligasi.

Jepang yang punya masalah terhadap obligasi dalam negerinya kemungkinan bisa saja menjual UST untuk menstabilkan pasar utannya sendiri.

Berdasarkan data dari ticdata.treasury.gov, Jepang masih menjadi negara dengan kepemilikan surat utang AS terbesar di dunia yakni sejumlah US$1.079,3 miliar per Januari 2025.

Sementara posisi kedua ditempati oleh China yang punya sebesar US$760,8 miliar. Negeri tirai bambu juga diketahui mengurangi porsi UST karena mereka juga masih menghadapi krisis properti dan outflow modal.

Pantauan CNBC Indonesia Research, dua negara besar yang kepemilikannya cenderung mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir yakni Jepang dan China yang masing-masing tergelincir sebesar 16,97% dan 26,4%.

Selain karena ada masalah internal dari negara pemegang UST terbesar ini. Persoalan dari tarif yang tidak jelas juga turut mempengaruhi aksi jual di pasar surat utang ini.

Terbaru, tensi perang dagang kembali naik setelah Trump mengancam tarif sampai 50% untuk Uni Eropa, 25% produk Apple sampai kenaikan tarif untuk Samsung.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |