11 Negara yang Paling Rentan Menderita karena Bencana Iklim

1 week ago 8

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (ESCAP) merilis laporan terbaru tentang kesiapan negara-negara Asia-Pasifik dalam menghadapi tantangan terkait iklim. Ada 11 negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim dari sudut pandang makro ekonomi dalam laporan tersebut.

Laporan bertajuk Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 2025 ini mengungkapkan, banyak negara di kawasan Asia Pasifik masih belum siap menghadapi guncangan iklim maupun transisi menuju sistem yang lebih ramah lingkungan.

Adapun 'bencana' yang bisa muncul dari krisis iklim termasuk perlambatan pertumbuhan produktivitas, risiko utang publik yang tinggi, serta meningkatnya perang dagang.

"Meningkatnya ketidakpastian ekonomi global dan risiko iklim yang makin dalam membuat kebijakan fiskal dan moneter menjadi semakin sulit," ujar Wakil Sekretaris Jenderal PBB dan Sekretaris Eksekutif ESCAP, Armida Salsiah Alisjahbana seperti dilansir VN Express di Jakarta, Kamis (10/4/2025).

"Menavigasi lanskap yang terus berkembang ini membutuhkan tidak hanya kebijakan nasional yang baik, tetapi juga upaya regional yang terkoordinasi untuk melindungi prospek ekonomi jangka panjang dan mengatasi perubahan iklim," ujarnya menambahkan.

Dari 30 negara yang dianalisis dalam survei tersebut, 11 negara teridentifikasi paling rentan terhadap risiko iklim dari perspektif makroekonomi. Negara tersebut di antaranya Afghanistan, Kamboja, Iran, Kazakhstan, Laos, Mongolia, Myanmar, Nepal, Tajikistan, Uzbekistan, dan Vietnam.

Laporan ini juga mengungkapkan adanya kesenjangan signifikan dalam kemampuan menghadapi perubahan iklim di kawasan tersebut. Beberapa negara telah berhasil menggalang pendanaan iklim dan menerapkan kebijakan hijau, sementara yang lain masih menghadapi tantangan seperti keterbatasan fiskal, lemahnya sistem keuangan, serta kapasitas manajemen keuangan publik yang terbatas.

Meskipun pertumbuhan ekonomi kawasan tetap lebih kuat dibandingkan dengan wilayah lain di dunia, rata-rata pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia-Pasifik melambat menjadi 4,8% pada 2024, dari 5,2% pada 2023, dan 5,5% dalam lima tahun sebelum pandemi Covid-19. Dalam kasus negara-negara kurang berkembang, tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 2024 hanya mencapai 3,7%, jauh dibawah target 7% per tahun yang ditetapkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 8.

Untuk memastikan kemakmuran ekonomi jangka panjang, ESCAP menekankan perlunya dukungan proaktif dari pemerintah dalam mendorong sektor ekonomi yang lebih produktif dan bernilai tambah tinggi. Kawasan ini juga perlu memanfaatkan daya saingnya yang kuat dalam industri hijau dan rantai nilai sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru, serta merangkul kerja sama ekonomi regional yang inklusif, yang melayani aspirasi pembangunan baik di negara maju maupun negara berkembang.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Kulit Breakout, Lawyer Ini Banting Stir Jadi Pengusaha Skincare

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |