4 Perbedaan Hyrox dan CrossFit, Variasi Ngegym yang Sama-sama Ngehits

2 months ago 24
Jakarta -

Bosan ngegym yang begitu-begitu saja? Banyak kok yang mengalami, lalu beralih ke variasi yang lebih menantang seperti Hyrox dan CrossFit. Sama-sama berfokus pada functional training, apa sih perbedaan di antara keduanya?

Baik Hyrox dan CrossFit, keduanya merupakan variasi olahraga kebugaran yang hits belakangan ini. Berbeda dengan latihan otot biasa, Hyrox dan CrossFit diklaim lebih berfokus pada functional training atau latihan fungsional, yang mampu meningkatkan kebugaran tubuh secara menyeluruh.

Dari penelusuran detikcom pada Jumat (8/8/2025), beberapa pusat kebugaran juga menawarkan kelas Hyrox dan CrossFit untuk para membernya. Kompetisi untuk kedua variasi olahraga tersebut juga banyak digelar, dengan peminat yang terus bertambah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Men's Health, baik Hyrox atau CrossFit keduanya memiliki keunikan dan tantangannya masing-masing. Sederhananya, perbedaan ini secara drastis mengubah cara setiap atlet mempersiapkan diri.

Atlet Hyrox dapat menyesuaikan latihan mereka dengan kondisi fisiknya, sementara atlet CrossFit harus berlatih secara menyeluruh untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga.

Agar tidak bingung, perbedaan Hyrox dan CrossFit terangkum sebagai berikut.

1. Energi yang Dibutuhkan

One woman, fit young female training with weights alone in gym.Gerakan lunges dengan pemberat berupa sandbag. Foto: Getty Images/South_agency

Menurut pakar olahraga, Gomarr D'Hulst CrossFit didorong oleh semburan tenaga anaerobik yang singkat dan bertenaga, sementara Hyrox berfokus pada keberlanjutan aerobik dalam satu perlombaan penuh.

"Jika atlet memiliki basis yang lebih besar, kurva laktat akan bergeser lebih ke kanan. Laktat diproduksi oleh sistem anaerobik. Ketika atlet harus memanfaatkan sistem anaerobiknya sejak interval awal, produksi laktat jelas akan meningkat," kata D'Hulst.

"Itulah yang kita lihat pada banyak atlet CrossFit, bahkan yang terbaik di dunia," sambungnya.

Sebaliknya, atlet Hyrox yang kuat idealnya menghasilkan lebih sedikit laktat dan lebih lama mengandalkan sistem energi aerobik sebelum mengalami kelelahan.

2. Variasi Gerakan

Large group of athletic people having sports training on exercise bikes in a gymAdu ketahanan dengan air bike dalam kompetisi CrossFit. Foto: Getty Images/skynesher

Para atlet Hyrox dapat lebih mudah menyusun program latihan mereka dibandingkan atlet CrossFit.

"Anda dapat melakukan set interval, menggunakan gerakan-gerakan yang kita tahu akan muncul dalam latihan, dan menggabungkannya dalam interval atau EMOM (Every Minute on the Minute) atau AMRAP (As Many Rounds/Repetitions As Possible) dengan durasi yang lebih lama," kata D'Hulst.

Dikutip dari laman resminya, Hyrox menggunakan format race yang mengkombinasikan lari dengan olahraga fungsional. Partisipan akan berlari 1 km, diikuti 1 pos gerakan fungsional, demikian seterusnya sebanyak 8 kali pengulangan.

Adapun gerakan fungsional yang harus dilakukan relatif seragam di seluruh dunia, mencakup:

  1. SkiErg
  2. Sled Push
  3. Sled Pull
  4. Burpee Broad Jumps
  5. Rowing
  6. Farmers Carry
  7. Sandbag Lunges
  8. Wall Balls

"Dengan CrossFit, situasinya lebih sulit. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, jadi kita harus melatih semuanya. Semuanya akan lebih acak. Akan ada lebih banyak gangguan antara kekuatan dan daya tahan," sambungnya.

3. Postur Atlet

Female Pushing Weight Cart In GymSled Push atau mendorong kereta luncur dengan plate pemberat. Foto: Getty Images/AleksandarGeorgiev

Atlet Hyrox memiliki rata-rata postur yang lebih tinggi dibandingkan para atlet CrossFit. Ini karena disesuaikan dengan format kompetisi.

"Anda lihat 10 atlet pria teratas di divisi Pro jauh lebih tinggi (rata-rata 5,5 cm lebih tinggi daripada atlet CrossFit). Itu masuk akal: dorong kereta luncur, bola dinding, lunge, dayung, lari," kata D'Hulst.

"Semua gerakan yang secara biomekanis lebih baik untuk atlet yang lebih tinggi," sambungnya.

Sementara, atlet CrossFit memiliki postur yang lebih pendek. Namun, biasanya mereka memilih panjang lengan atau paha yang yang berkontribusi pada performa atlet.

4. Tingkat Kesulitan dan Keterampilan

Copy space shot of an attractive young woman exercising on rowing machine in the gym. She is keeping her performance on rowing machine display.Gerakan rowing yang dipertandingkan baik di Hyrox maupun Crossfit. Foto: Getty Images/fotostorm

Dikutip dari Independent UK, Hyrox dikenal dengan format event-nya yang terstandar dan bisa diprediksi. Setiap peserta harus menyelesaikan 8 km lari yang diselingi dengan 8 tantangan gerakan harian fitness.

Sementara CrossFit membutuhkan lebih banyak keahlian, sehingga para atlet harus melakukan latihan lebih banyak juga untuk mengantisipasi menu-menu gerakan yang tidak terduga. Latihan di CrossFit meliputi pemanasan, latihan kekuatan, dan Workout of the Day (WOD) seperti angkat beban, gymnastic, latihan conditioning yang dilakukan dengan intensitas tinggi.

Dengan kata lain, Hyrox dirancang agar mudah dilakukan oleh siapa saja, bahkan tanpa pengalaman olahraga tingkat lanjut. Sementara CrossFit menuntut peserta untuk menguasai banyak aspek kebugaran sekaligus.

Simak Video "Video Mitos atau Fakta: Latihan Angkat Beban Bikin Tulang Lebih Kuat"
[Gambas:Video 20detik]
(dpy/up)

Ngegym Vs Kualitas Otak

15 Konten

Timothy Ronald mengaitkan aktivitas ngegym dengan kualitas kognitif yang buruk. Sontak argumen ini memantik kontroversi. Para pakar umumnya tidak sependapat.


Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |