Liputan6.com, Jakarta - Hari Raya Idulfitri atau lebaran menjadi momen yang dinanti-nanti umat Muslim di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Dikenal dengan kebudayaannya yang beragam membuat ada banyak tradisi menyambut lebaran di Indonesia.
Tiap daerah di nusantara bahkan memiliki tradisi lebaran yang berbeda. Tradisi menyambut lebaran menjadi salah satu ciri khas kemeriahan perayaan Hari Raya Idulfitri. Hal itu membuat perayaan lebaran di Indonesia terasa semakin meriah.
Dikutip dari kanal Regional Liputan6.com, 7 April 2024 dan berbagai sumber, berikut beberapa tradisi sambut Idulfitri di Indonesia.
1. Grebeg Syawal, Yogyakarta
Tradisi menyambut lebaran khas Yogyakarta adalah pelaksanaan Grebeg Syawal. Grebeg Syawal merupakan tradisi yang dilakukan Keraton Yogyakarta pada 1 Syawal.Perayaan grebeg Syawal dilakukan dengan arak-arakan gunungan lanang dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gede Keraton untuk didoakan. Gunungan tersebut berisi sayur-sayuran dan hasil bumi lainnya.
Gunungan biasanya akan ditandu oleh para prajurit Keraton Yogyakarta. Setelah selesai prosesi doa, gunungan akan diperbutkan oleh masyarakat yang hadir. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, gunungan tersebut bisa membawa berkah dan ketentraman.
2. Perang Topat, Lombok
Tradisi Perang Topat atau perang ketupat dilakukan waktu Lebaran di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tradisi ini punya ciri khas dengan saling melemparkan ketupat kepada satu sama lain.
Ketupat disimbolkan sebagai alat kerukunan antar umat Hindu dan Islam yang tinggal di Lombok. Perang Topat dilakukan setelah berdoa dan berziarah di Makam Loang Balog Kawasan Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro di Kawasan Pantai Bintaro.
3. Nyama Selam dan Tradisi Ngejot, Bali
Nyaman selam termasuk salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat Bali yang mungkin belum banyak diketahui. Tradisi ini digelar dengan acara makan bersama yang mengisyaratkan keberagaman agama dan keindahan toleransi di Bali.
Nyama Selam artinya saudara dari kalangan Muslim. Sebutan khas ini diberikan oleh penduduk Bali yang mayoritas beragama Hindu kepada kerabat sekampung yang beragama Islam. Tradisi nyama selam dilanjutkan dengan tradisi ngejot. "Ngejot" atau memberikan hidangan kepada masyarakat sekitarnya termasuk kepada yang berbeda agama.
Tradisi tersebut sudah dilakukan sejak masa keajaan-kerajaan di Bali dan dapat ditemui di sebagian besar daerah di Bali. Umat Hindu juga akan memberikan balasan dengan melakukan "ngejot" kepada umat Islam pada saat Nyepi maupun Galungan.
4. Festival Meriam Karbit, Pontianak
Festival meriam karbit merupakan tradisi menyambut lebarab yang berasal dari tepian Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat. Festival ini biasanya digelar selamat 3 hari, dimulai sehari sebelum 1 Syawal sampai 2 Syawal.
Festival Meriam Karbit termasuk ajang perlombaan meriam yang dinilai berdasarkan bunyi paling kompak yang dihasilkan dari meriam peserta. Untuk membuat Meriam Karbit yang terbuat dari pohon kelapa atau kayu durian pembuatnya harus merogoh kocek sebesar Rp15-30 juta. Konon, meriam ini dikenal untuk mengusir kuntilanak karena mengeluarkan suara yang bising.
5. Makan Nasi Jaha, Sulawesi Utara
Tradisi makan nasi jaha atau binarundak merupakan tradisi menyambut lebaran khas masyarakat Motoboi Besar Sulawesi Utara. Tradisi Binarundak berlangsung selama tiga hari setelah Idul Fitri dan terinspirasi dari tradisi Lebaran Ketupat di Minahasa dan Gorontalo.
Nasi jaha termasuk makanan khas Sulawesi Utara yang terbuat dari beras ketan, santan, dan jahe yang kemudian dimasukkan ke dalam batang bambu yang sudah dilapisi daun pisang. Setelah dimasak matang kemudian disantap beramai-ramai oleh perantau dan masyarakat setempat. Selain makan bersama, acara tersebut juga menjadi sarana silaturahmi dan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan.
6. Tari Topeng, Jambi
Tradisi Tari Topeng Muaro Jambi adalah sebuah hiburan yang digelar pada setiap momen lebaran di Desa Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Tari Topeng Muaro Jambi memakai media topeng yang terbuat dari labu tua berkulit keras.
Kemudian dihias menggunakan cat berbagai warna dan diletakkan pula ijuk di atas topeng agar menyerupai rambut. Pemuda Desa Muara Jambi akan membawa tarian topeng tersebut dengan mengelilingi sembilan RT.
Selain merupakan tradisi yang sudah turun-temurun dilakukan selama ratusan tahun. Penggunaan topeng labu juga merupakan simbol perjuangan yang digunakan masyarakat Jambi saat berhadapan dengan penjajah.