Apakah Boleh Mengqadha Salatnya Orang yang Sudah Meninggal?

13 hours ago 6

loading...

Apakah boleh mengqadha Salat nya orang yang sudah meninggal? Sebagai seorang muslim kita dituntut untuk menjalankan semua perintah dan aturan syariat. Aturan ini bersifat mengikat sejak berusia baligh sampai ajal ada di kerongkongan. Aturan yang mengikat tersebut terkait dalam masalah ibadah seperti salat, haji, zakat, dan sebagainya.

Bahkan kalau kita tidak bisa menjalankan aturan syariat tersebut tepat pada waktu yang telah ditentukan, kita masih dikenai kewajiban untuk mengqadha (menganti) ibadah tersebut di luar waktunya. Mengenai hal ini, muncul pertanyaan bolehkah mengqadha salatnya orang yang sudah meninggal?

Tim Layanan Syariah, Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama menjelaskan, kewajiban mengqadha salat ini merupakan ketentuan yang mengikat dan harus segera dilakukan jika seseorang meninggalkan salat. Bahkan ditemukan pendapat dari Imam Ibnu Hajar Al-Haitami yang menekankan bahwa seseorang tidak boleh melakukan kesunahan jikalau salat wajib yang dia tinggalkan belum diqadha.

Baca Juga: Ayat 1.000 Dinar: Surat At-Talaq Ayat 2 dan 3, Penarik Rezeki yang Tak Disangka-sangka

Pendapat ini terdapat dalam kitabFathul Mu’inhalaman 9 tentang bab salat:

قال شيخنا أحمد بن حجر رحمه الله تعالى: والذي يظهر أنه يلزمه صرف جميع زمنه للقضاء ما عدا ما يحتاج لصرفه فيما لا بد منه وأنه يحرم عليه التطوع

“Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami berkata: sudah jelas menjadi kewajiban bagi orang yang meninggalkan salat agar menggunakan seluruh waktunya untuk mengqadha salat selain waktu yang urgen untuk aktivitas lain. Dan haram bagi orang yang belum mengqadha (salat wajib) untuk melakukan kesunahan”

Pendapat Syekh Ibnu Hajar tersebut mewajibkan untuk mengqadha salat selama masa hidup. Namun bagaimana jika ada kerabat keluarga yang mempunyai tanggungan salat qadha yang belum sempat ditunaikan selama masa hidupnya? Apakah bisa kewajiban qadha tersebut digantikan oleh ahli warisnya?

Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari menjawab di dalam kitabFathul Mu’inhalaman 12:

تنبيه : من مات وعليه صلاة فرض لم تقض ولم تفد عنه، وفي قول أنها تفعل عنه – أوصى بها أم لا ما حكاه العبادي عن الشافعي لخبر فيه، وفعل به السبكي عن بعض أقاربه

“Sebuah peringatan: barang siapa yang meninggal dan mempunyai tanggungan salat, maka tak perlu diqadha dan tak perlu diganti dengan fidyah atas nama mayit. Dan pada suatu pendapat membolehkan untuk diqadha, baik si mayit berwasiat atau tidak. Itu pendapat riwayat Imam ‘Ubadiy dari Imam Syafi’i karena ada hadits tentang hal tersebut. Dan Imam As-Subki mengqadha terhadap sebagian kerabatnya”

Dari pendapat tersebut, salat yang belum diqadha oleh mayit tidak perlu diganti oleh orang lain. Namun jika ingin mengganti, maka tidak menjadi masalah seperti yang dilakukan oleh Imam As-Subki.

Sebagai seorang muslim yang taat, hubungan kita bukan hanya dengan manusia, tapi juga dengan Sang Pencipta. Jadi hendaklah kita membayar utang kita (ibadah yang kita tinggalkan baik karena uzur atau tidak) semampu dan sesanggup kita. Tujuannya tidak lain dan tak bukan adalah hanya mengharap ridho dan ampunan sang khaliq.

Wallahu a‘lam.

(aww)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |