Asia Jadi Lautan Merah, Rupiah dan Won Paling Menderita

7 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas mata uang Asia terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini, Selasa (4/11/2025).

Tekanan terhadap mata uang Asia terjadi seiring dengan penguatan indeks dolar AS (DXY) yang masih melanjutkan penguatannya dalam empat hari beruntun setelah pernyataan sejumlah pejabat The Federal Reserve (The Fed).

Berdasarkan data Refinitiv, pada pukul 09.40 WIB, won Korea menjadi yang paling tertekan di Asia dengan koreksi 0,59% ke posisi KRW 1.438,3/US$.

Pelemahan ini disusul oleh mata uang Garuda. Rupiah terdepresiasi 0,45% ke level Rp16.725/US$ yang sekaligus menandai pelemahan lanjutan setelah di penutupan perdagangan kemarin, Senin (3/11/2025) juga berada di zona merah.

Tekanan juga terlihat pada sejumlah mata uang Asia lainnya seperti baht Thailand yang turun 0,25% ke THB 32,49/US$, ringgit Malaysia melemah 0,17% ke MYR 4,204/US$, serta peso Filipina yang terkoreksi 0,13% ke level PHP 58,712/US$.

Adapun yuan China, rupee India, dan dong Vietnam masing-masing melemah tipis 0,05%, 0,07%, dan 0,04%.

Di sisi lain, beberapa mata uang Asia justru mampu tampil menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang tercatat naik tipis 0,01% ke level JPY 154,19/US$, sementara dolar Taiwan menguat 0,16% ke TWD 30,866/US$.

Pelemahan mayoritas mata uang Asia hari ini terjadi seiring dengan indeks dolar AS yang kembali mengalami penguatan di pasar global. DXY yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia ini, terus mengalami penguatan dengan tercatat berada di level 99,978 atau menguat 0,11%.

Level ini pun sekaligus menjadi yang terkuat hampir dalam kurun waktu tiga bulan atau sejak awal Agustus 2025.

DXY menguat setelah pernyataan pejabat-pejabat The Fed yang saling berseberangan memicu pelaku pasar untuk menahan ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut.

Sejumlah pejabat The Fed menilai ekonomi AS masih cukup tangguh di tengah minimnya rilis data akibat penangguhan aktivitas statistik selama shutdown pemerintahan. Meskipun The Fed telah memangkas suku bunga acuan pekan lalu, Ketua Jerome Powell menegaskan bahwa langkah tersebut bisa menjadi pemangkasan terakhir tahun ini.

Menurut data CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga lanjutan pada Desember kini turun menjadi sekitar 65%, dari sebelumnya 94% sepekan lalu. Pergeseran ekspektasi ini mendorong permintaan terhadap dolar AS dan meninggalkan instrumen non-dolar, termasuk mata uang emerging market.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |