Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas udara militer Rusia dan China kembali memicu kewaspadaan Tokyo setelah Jepang mengerahkan jet tempur untuk memantau patroli gabungan kedua negara di sekitar wilayahnya, di tengah meningkatnya ketegangan dengan Beijing.
Kementerian Pertahanan Jepang dalam pernyataan, sebagaimana dikutip Reuters, Rabu (10/12/2025), mengatakan bahwa dua pengebom strategis Rusia Tu-95, yang mampu membawa senjata nuklir, terbang dari Laut Jepang menuju Laut China Timur untuk bertemu dengan dua bomber China H-6. Setelah bertemu, keempat pesawat itu melakukan "penerbangan jarak jauh bersama" di kawasan Pasifik.
Dalam operasi tersebut, empat jet tempur China J-16 juga ikut mengawal, melakukan penerbangan pulang-pergi di antara Kepulauan Okinawa dan Miyako milik Jepang. Kementerian menegaskan bahwa Selat Miyako di antara kedua pulau itu merupakan perairan internasional.
Selain itu, Jepang mendeteksi aktivitas udara Rusia yang berlangsung bersamaan di Laut Jepang, yakni satu pesawat peringatan dini A-50 dan dua jet tempur Su-30.
Menteri Pertahanan Jepang Shinjiro Koizumi menyampaikan kekhawatirannya dalam unggahan di X pada Rabu. Ia menyebut operasi gabungan Rusia-China itu "jelas dimaksudkan sebagai unjuk kekuatan terhadap negara kita, yang merupakan kekhawatiran serius bagi keamanan nasional."
Koizumi juga menegaskan bahwa jet tempur Jepang "melaksanakan langkah identifikasi pertahanan udara secara ketat."
Sementara itu, media Rusia melaporkan, mengutip Kementerian Pertahanan Moskow, bahwa penerbangan gabungan dekat wilayah Jepang itu berlangsung selama delapan jam.
Pemerintah Korea Selatan pada Selasa juga melaporkan bahwa tujuh pesawat Rusia dan dua pesawat China masuk ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) negara tersebut.
Insiden ini terjadi hanya dua hari setelah Jepang menyatakan bahwa jet tempur yang diluncurkan dari kapal induk China mengarahkan radar penjejak ke pesawat militer Jepang sehari sebelumnya, klaim yang dibantah Beijing.
Tindakan militer China yang semakin agresif di dekat wilayah Jepang muncul setelah pernyataan Perdana Menteri Sanae Takaichi bulan lalu bahwa Tokyo dapat merespons setiap aksi militer Tiongkok terhadap Taiwan apabila tindakan tersebut juga mengancam keamanan Jepang.
Rusia dan China diketahui terus memperkuat kerja sama militer dalam beberapa tahun terakhir, termasuk latihan anti-rudal di wilayah Rusia dan latihan tempur angkatan laut dengan amunisi nyata di Laut China Selatan.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

2 hours ago
1

















































