loading...
Badan Intelijen Rahasia Inggris atau MI6 akan dipimpin oleh seorang bos wanita untuk pertama kalinya sejak didirikan pada tahun 1909. Foto/Military Leak
LONDON - Badan Intelijen Rahasia Inggris atau MI6 akan dipimpin oleh seorang wanita untuk pertama kalinya sejak didirikan pada tahun 1909.
Rencana penunjukan bos wanita pertama di lembaga intelijen itu diungkap Sunday Times. Kepala MI6 saat ini, Richard Moore, akan lengser pada musim gugur ini.
Surat kabar Inggris tersebut melaporkan pada hari Minggu bahwa wawancara untuk posisi tersebut diadakan minggu lalu, dan ketiga kandidat yang terpilih adalah wanita.
Baca Juga: MI6 Akui Gelar Operasi Rahasia di Ukraina
Menurut laporan tersebut, duta besar Inggris untuk PBB dan mantan utusan untuk China, Barbara Woodward, termasuk di antara para kandidat.
Identitas dua orang lainnya dirahasiakan karena mereka saat ini bertugas sebagai petugas MI6.
Sebaliknya, Woodward tidak memiliki latar belakang di bidang intelijen. Dia mengajar bahasa Inggris di China sebelum bergabung dengan Kantor Luar Negeri pada tahun 1994.
The Sunday Times mencatat bahwa para kritikus menuduh Barbara enggan mengkritik pemerintah China saat menjabat sebagai duta besar untuk Inggris, dan kemudian berpihak pada Beijing terkait isu kemerdekaan Taiwan.
Surat kabar tersebut mengutip mantan pemimpin Partai Konservatif Duncan Smith, yang dijatuhi sanksi oleh otoritas China, yang menyatakan bahwa penunjukan Woodward sebagai kepala MI6 dapat “berakhir dengan bencana bagi Inggris" karena dia “kurang tegas terhadap tindakan China” dalam perannya sebelumnya.
Keputusan akhir tentang penunjukan tersebut berada di tangan Perdana Menteri Keir Starmer, berdasarkan rekomendasi dari panel ahli yang terdiri dari Menteri Luar Negeri David Lammy, Penasihat Keamanan Nasional Jonathan Powell, dan pejabat senior lainnya.
Pada bulan Februari, Senat Amerika Serikat mengonfirmasi pencalonan mantan anggota Kongres dari Partai Demokrat yang juga kandidat presiden; Tulsi Gabbard, sebagai Direktur Intelijen Nasional, yang memberinya kewenangan untuk mengawasi 18 badan intelijen AS, termasuk CIA dan FBI.
Veteran Perang Irak tersebut tidak memiliki pengalaman intelijen sebelumnya dan telah menjadi pengkritik keras komunitas intelijen AS dan kebijakan luar negeri negara tersebut, termasuk dukungannya terhadap Ukraina.
Jabatannya membuat beberapa pencela mempertanyakan apakah dia cocok untuk jabatan yang sensitif seperti itu.
(mas)