Liputan6.com, Jakarta - Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah bagi umat Islam. Di balik keutamaan puasa, bulan suci Ramadhan juga menjadi waktu yang tepat untuk memperbanyak ibadah dan menebar kebaikan kepada sesama.
Salah satu kebiasaan yang telah menjadi bagian dari tradisi Ramadan adalah berbagi takjil, yaitu memberikan makanan dan minuman kepada mereka yang sedang berpuasa untuk berbuka.
Takjil biasanya terdiri dari hidangan ringan seperti kurma, air putih, atau makanan lainnya yang disiapkan dengan tujuan untuk menyegerakan berbuka puasa. Hal seperti ini biasanya banyak ditemukan di negara-negara Muslim dan telah menjadi rutinitas yang sangat dinantikan setiap tahunnya.
Namun, apakah berbagi takjil di bulan Ramadhan termasuk bagian dari sunnah Nabi atau sekadar tradisi yang dijalankan oleh masyarakat? Berikut penjelasannya dirangkum dari laman NU Online Jatim.
Saksikan Video Pilihan ini:
RDF, Mesin Pengubah Sampah Jadi Batubara Berkapasitas 600 Ton di Cilacap
Tradisi Takjil Berlangsung Sejak Zaman Nabi
Sebelum menjelaskan hal itu, perlu diketahui bahwa takjil adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab عجل dalam bentuk mashdar yang menjadi تعجيل yang berarti menyegerakan.
Dalam perkembangannya, takjil di Indonesia menjadi istilah hidangan untuk berbuka puasa. Takjil terdiri dari makanan dan minuman siap saji atau siap disantap, seperti soft drink, kulak, kurma, nasi bungkusan, dan lainnya.
Secara faktual, ternyata menyediakan makanan dan minuman bagi orang yang berpuasa (takjil) tidak hanya ada di Indonesia, di seluruh manca negara pasti ada, terlebih di negara Islam.
Menyediakan atau memberi menu takjil kepada orang lain merupakan ajaran Islam yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan ulama. Anjuran ini disandarkan pada hadits nabi yang diriwayatkan oleh Zaid bin Khalid al-Juhani. Rasulullah bersabda.
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَايْنْقُضُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئا
Artinya: Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun pun juga.
Di masa Nabi Muhammad SAW, tradisi menyegerakan berbuka (takjil) menjadi sebuah ajaran agama. Karena takjil menjadi imbauan kepada sahabat yang berpuasa. Sebagaimana disabdakan dalam haditsnya.
عن سهل بن سعد الساعدي رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: لا يزال الناس بخير ماعَجَّلُوا الفطر (رواه البخاري)
Artinya: Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'd al-Sa'idi RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Orang-orang senantiasa akan selalu bersama dengan kebaikan, selama mereka masih menyegerakan buka puasa."
Pahala Berbagi Takjil di Bulan Ramadhan
Di masa Nabi Muhammad SAW, tradisi menyegerakan berbuka (takjil) menjadi sebuah ajaran agama. Karena takjil menjadi imbauan kepada sahabat yang berpuasa. Sebagaimana disabdakan dalam hadisnya.
عن سهل بن سعد الساعدي رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: لا يزال الناس بخير ماعَجَّلُوا الفطر (رواه البخاري)
Artinya: Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'd al-Sa'idi RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Orang-orang senantiasa akan selalu bersama dengan kebaikan, selama mereka masih menyegerakan buka puasa."
Al-Mubarakfuri dalam kitab مرعات المفاتيح menjelaskan bahwa kurma sangat baik dikonsumsi ketika berbuka puasa. Kurma termasuk makanan pokok yang dapat menguatkan tubuh, terutama menyegarkan mata setelah berpuasa seharian. Demikian pula dengan air putih, ia suci dan bersih, dan sangat baik dikonsumsi sebelum mencicipi menu buka puasa lainnya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menyediakan buka puasa (takjil) bagi orang yang berpuasa merupakan perbuatan yang mendapatkan pahala besar. Bahkan Nabi SAW menganjurkan pada sahabat sehingga ajaran Islam itu menjadi sebuah tradisi yang sampai detik ini dilestarikan oleh umat Islam. Sementara yang perlu dikonsumsi terlebih dahulu saat membatalkan puasa adalah makanan dan minuman yang manis-manis.