Jakarta, CNBC Indonesia - Venezuela resmi melantik 5.600 tentara baru pada Sabtu (6/12/2025), di tengah meningkatnya tekanan militer dari Amerika Serikat terhadap negara produsen minyak tersebut.
Presiden Nicolas Maduro sebelumnya menyerukan percepatan rekrutmen militer setelah AS mengerahkan armada kapal perang dan kapal induk raksasa ke kawasan Karibia dengan dalih memerangi perdagangan narkoba.
Washington menuding Maduro terlibat dalam "Kartel Matahari," yang bulan lalu ditetapkan sebagai organisasi teroris. AS juga disebut telah melancarkan serangan mematikan terhadap sedikitnya 22 kapal, menewaskan 83 orang.
Maduro menegaskan langkah AS merupakan upaya untuk menggulingkan pemerintahannya dan merebut cadangan minyak Venezuela.
"Dalam situasi apa pun kami tidak akan membiarkan invasi oleh kekuatan imperialis," tegas Kolonel Gabriel Alejandro Rendon Vilchez dalam upacara pelantikan di Fuerte Tiuna, kompleks militer terbesar di Caracas, seperti dikutip AFP, Minggu (7/12/2025).
Menurut data resmi, Venezuela memiliki sekitar 200.000 tentara dan 200.000 polisi.
Di tengah ketegangan tersebut, seorang mantan gubernur oposisi, Alfredo Diaz (55), meninggal di penjara pada Sabtu. Diaz ditahan atas tuduhan terorisme dan penghasutan, menyusul gelombang penangkapan setelah protes usai sengketa hasil pemilu Juli lalu, ketika Maduro mengklaim masa jabatan ketiganya.
"Dia telah dipenjara dan ditahan dalam isolasi selama setahun; hanya satu kunjungan dari putrinya yang diizinkan," ujar Alfredo Romero, Direktur LSM Foro Penal, yang mendampingi tahanan politik.
Foro Penal mencatat setidaknya terdapat 887 tahanan politik saat ini di Venezuela.
Sebelumnya, Venezuela telah mendapat dukungan terbuka dari dua kekuatan besar dunia, China dan Rusia, terhadap Presiden Nicolas Maduro.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pesan solidaritas kepada Maduro, yang datang tepat ketika hubungan Caracas dan Washington berada di titik terburuk sejak beberapa tahun terakhir. Langkah ini memberi sinyal bahwa Caracas tidak berdiri sendiri menghadapi tekanan Amerika Serikat.
Selain itu, Iran juga menyatakan sikap mendukung Venezuela. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyebut AS melakukan "pendekatan intimidatif" terhadap Caracas.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

7 hours ago
5

















































