loading...
Dalam dunia yang makin terhubung secara digital, tantangan baru muncul dalam tumbuh kembang anak. Foto/Istimewa.
JAKARTA - Menurut tim psikolog di Stala Psychological Centre, perkembangan teknologi yang pesat membuat anak-anak terbiasa berinteraksi lewat layar. Mereka lancar mengetik pesan, membuat story, atau bermain game daring, namun ketika harus menatap mata lawan bicara dan mengungkapkan perasaan, banyak yang terdiam canggung.
Dalam istilah ilmiah, kondisi ini disebut empathy deficit (defisit empati) dan low self-efficacy (rendahnya rasa percaya diri). Dalam bahasa sehari-hari, anak menjadi terlalu pemalu, mudah tersinggung (baper), atau tampak tidak mandiri.
Baca juga: Kisah Dhika, Bocah Penari Pacu Jalur yang Viral karena Aura Farming dan Mendunia
Direktur Stala Psychological Centre Lidia Sandra menekankan pentingnya perhatian serius pada wellbeing anak dan remaja di era modern ini.
“Banyak remaja hari ini hidup di bawah tekanan ekspektasi media sosial dan perkembangan zaman yang cepat. Mereka dituntut selalu tampil sempurna, padahal fondasi yang diperlukan adalah rasa percaya diri dan empati yang tumbuh sejak kecil. Anak perlu belajar mengenal dirinya, mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan tepat, serta memahami orang lain. Inilah dasar wellbeing mereka untuk tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan bahagia,” jelasnya.
Baca juga: Jelang Kompetisi di Jepang, PENABUR Children Choir Gelar Konser Voices of Light
Untuk menjawab tantangan ini, Stala Psychological Centre meluncurkan KidsFluence, sebuah program edukatif dan menyenangkan untuk membangun keberanian berbicara, empati, dan kepemimpinan sejak dini. Program ini telah dilaksanakan pada 7–11 Juli 2025 di Children’s House Cendekia Harapan, Jimbaran, dan akan dibuka kembali setiap tiga bulan sekali untuk batch berikutnya.