Defisit Anggaran Rusia Diramal Meledak Capai Rp760 Triliun, Ini Sebabnya

13 hours ago 3

loading...

Defisit anggaran Rusia diperkirakan bakal melonjak naik tiga kali lipat dari target awal pemerintah di tahun 2025. Foto/Dok

JAKARTA - Defisit anggaran Rusia diperkirakan bakal melonjak naik tiga kali lipat dari target awal pemerintah di tahun 2025. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) merevisi prospek di tengah penurunan harga minyak dunia dan meningkatnya ketegangan perdagangan di seluruh dunia.

Bulan lalu, Menteri Keuangan Anton Siluanov memperingatkan potensi tekanan anggaran karena penurunan pendapatan minyak dan ketidakstabilan ekonomi global. Ia mengatakan, perang dagang yang sedang berlangsung mengurangi peluang ekspor bagi banyak negara termasuk Rusia, dan tetap menjadi risiko utama.

"Angka defisit anggaran Rusia dinaikkan lebih dari 200% karena Moskow bersiap untuk harga minyak yang lebih rendah," kata Kementerian Keuangan seperti dilansir RT.

Tahun ini, defisit fiskal keseluruhan diperkirakan mencapai sebesar 1,7% dari PDB, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya 0,5%, menurut sebuah pernyataan yang dirilis oleh kementerian pada hari Rabu. Dalam hal moneter, defisit anggaran diperkirakan mencapai 3,8 triliun rubel (USD46,3 miliar) atau setara Rp760 triliun (dengan kurs Rp16.415 per USD).

"Prioritas anggaran tetap tidak berubah: Dukungan sosial untuk warga negara, pendanaan pertahanan dan keamanan nasional, dan bantuan bagi keluarga dalam operasi militer khusus, memastikan kepemimpinan teknologi negara," kata Siluanov, mengomentari perkiraan yang direvisi.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Rusia oleh kementerian untuk tahun 2025 tetap tidak berubah di angka 2,5%. Akan tetapi perkiraan inflasi telah dinaikkan dari 4,5% menjadi 7,6% pada akhir tahun. Rencana pengeluaran untuk tahun 2025 juga ditingkatkan sebesar 830 miliar rubel (USD10,1 miliar).

Harga minyak Rusia diperkirakan telah menyusut dari USD69,7 menjadi USD56 per barel. Proyeksi pendapatan minyak dan gas akan berjumlah 8,32 triliun rubel (USD100,5 miliar), yang setara 3,7% dari PDB, kata kementerian.

Harga minyak global telah menurun dalam beberapa pekan terakhir karena peningkatan pasokan dan ketidakpastian ekonomi. Permintaan minyak melemah akibat diterpa perlambatan ekonomi global, dimana sebagian besar didorong oleh konflik perdagangan. Pada bulan April, harga minyak turun lebih dari 11%.

(akr)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |