loading...
Thailand secara resmi mengajukan permohonan bergabung dengan aliansi BRICS menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 2025. FOTO/iStock Photo
JAKARTA - Thailand secara resmi mengajukan permohonan bergabung dengan aliansi BRICS menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 2025. Negara tetangga Indonesia ini mendapatkan dukungan Rusia untuk mempercepat proses penerimaannya sebagai anggota penuh.
Permohonan Thailand disampaikan dalam pertemuan bilateral antara Menteri Luar Negeri Thailand Maris Sangiampongsa dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Moskow, 28 April lalu. Kedua pihak juga membahas kerja sama perdagangan bebas, kedokteran nuklir, dan pertukaran budaya.
"Thailand menegaskan komitmennya untuk menjadi anggota penuh BRICS dan meminta dukungan Rusia. Pihak Rusia menyambut positif permintaan tersebut," demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Rusia, dikutip dari Watcher Guru, Rabu (6/5).
Baca Juga: Warren Buffett: Dolar AS Sedang Menuju ke Neraka
Thailand dan Republik Kongo menjadi dua negara terbaru yang mendaftar ke BRICS, menambah daftar 47 negara yang telah menyatakan minat bergabung. Aliansi ini semakin diminati negara berkembang sebagai alternatif tatanan ekonomi global yang tidak bergantung pada dolar AS.
Sejak memperkenalkan kebijakan ekspansi pada 2023, BRICS telah menerima Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab (UEA) sebagai anggota baru. KTT 2025 di Kazan, Rusia, diprediksi akan menjadi momen penting bagi perluasan keanggotaan lebih lanjut.
Rusia, sebagai salah satu pendiri BRICS, memiliki pengaruh kuat dalam proses seleksi anggota baru. Moskow secara terbuka mendorong perluasan aliansi untuk memperkuat posisinya melawan sanksi Barat.
Baca Juga: Pakistan Tembak Jatuh 5 Jet Tempur India, Sejumlah Tentara India Ditawan
Thailand, yang selama ini menjaga hubungan seimbang antara AS dan China, dinilai sedang memperkuat poros ke Timur. "Permintaan Thailand menunjukkan tren global negara berkembang mencari alternatif sistem keuangan yang tidak didominasi dolar," ujar pengamat ekonomi politik dari Universitas Indonesia, Dr. Rizal Basri.
BRICS terus mempromosikan penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan antaranggota, mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Pada 2024, 30% total perdagangan internal BRICS telah menggunakan mata uang non-AS.
(nng)