Dulu Masih Rp 11.000an, Dolar Singapura Kini Hampir Tembus Rp 13.000!

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura mengalami tren kenaikan melawan rupiah sejak Januari 2025.

Melansir data Refinitiv, pada awal 1 Januari 2025, dolar Singapura masih berada di kisaran Rp 11.775/SG$. Sementara pada Jumat (16/5/2025), nilainya sudah menembus Rp12.639/SG$. Artinya dalam tempo 4,5 bulan, dolar Singapura melesat lebih dari 7,34% di pasar spot.

Pada akhir 2024, nilai tukar dolar Singapura terhadap

Pada 28 April 2025, dolar Singapura sempat menyentuh level tertingginya sepanjang sejarah yakni Rp12.875/SG$ atau hampir ke level Rp 13.000.

Dolar Singapura (SGD) dikenal sebagai salah satu mata uang yang kuat dan stabil di Asia karena beberapa faktor utama.

Stabilitas ekonomi Singapura yang sangat baik, dengan surplus transaksi berjalan yang besar dan cadangan devisa yang melimpah, memberikan dukungan kuat terhadap nilai tukarnya. Selain itu, kebijakan moneter yang diterapkan oleh Otoritas Moneter Singapura (MAS) berbeda dari banyak negara lain, karena lebih berfokus pada pengelolaan nilai tukar daripada suku bunga dalam menjaga inflasi dan stabilitas ekonomi.

Daya tarik SGD sebagai mata uang safe haven juga menjadi faktor utama, karena banyak investor global memilih Singapura sebagai tempat yang aman untuk menyimpan aset mereka di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.

Dalam beberapa tahun terakhir, tren diversifikasi dari dolar AS juga mendorong permintaan terhadap SGD, menjadikannya pilihan alternatif yang lebih stabil. Selain itu, tingkat inflasi yang terkendali memastikan daya beli mata uang tetap kuat, sehingga SGD tidak mudah terdepresiasi dibandingkan mata uang lainnya.

Kombinasi dari fundamental ekonomi yang kokoh, kebijakan moneter yang efektif, serta kepercayaan investor global menjadikan dolar Singapura tetap kuat dan stabil dalam pasar keuangan internasional

Kejayaan SGD Segera Berakhir?

Kinerja dolar Singapura yang unggul sejauh ini berpotensi segera berakhir.

Kendati dolar Singapura menjadi mata uang dengan performa terbaik di Asia Tenggara pada 2025, faktor-faktor seperti perlambatan inflasi dan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi dapat menekan nilai tukarnya.

Otoritas Moneter Singapura (MAS) baru-baru ini mengurangi laju apresiasi dari pita kebijakan nilai tukar efektif nominal dolar Singapura (S$NEER) dan menurunkan proyeksi inflasi inti menjadi 0,5%-1,5% untuk tahun 2025. Langkah ini mencerminkan pendekatan yang lebih akomodatif dalam kebijakan moneter, yang dapat mengurangi daya tarik dolar Singapura bagi investor asing.

Selain itu, perbedaan suku bunga antara Singapura dan Amerika Serikat diperkirakan akan menyempit karena ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter di AS. Hal ini dapat mengurangi arus modal masuk ke Singapura dan menambah tekanan pada dolar Singapura.

Dengan latar belakang tersebut, para analis memperkirakan bahwa kinerja unggul dolar Singapura mungkin tidak akan berlanjut, dan nilai tukarnya bisa melemah seiring dengan perubahan kondisi ekonomi global dan domestik.

"Ada kemungkinan S$NEER akan mulai melemah ke arah titik tengah ketika data konkret mulai bergeser ke arah pesimisme yang semakin tercermin dalam data survei," kata Moh Siong Sim, ahli strategi valas di Bank of Singapore.

Lebih dari itu, MAS mungkin memutuskan perlu bertindak untuk mengatasi ketidakseimbangan pasar.

"MAS akan mencermati apresiasi lebih lanjut dalam S$NEER dan mereka akan hadir untuk memoderasi setiap penguatan S$NEER yang terlalu besar," prediksi Saktiandi Supaat, kepala penelitian valas di Malayan Banking Berhad.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |