Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yuan China terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan khususnya sejak pembahasan soal tarif impor dari Presiden AS, Donald Trump kepada China di bulan ini.
Dilansir dari Refinitiv, nilai tukar yuan China terhadap dolar AS cenderung melemah sejak awal April hingga 10 April 2025 dengan depresiasi sebesar 0,79%.
Bahkan pada 8 April 2025, yuan China tertekan sebesar 0,42%.
Selain itu, posisi yuan pada 10 April 2025 kemarin adalah posisi terlemahnya dalam lebih dari 17 tahun terakhir, setelah yuan versi offshore (di luar negeri) jatuh ke level terendah sepanjang sejarah semalam, seiring perang dagang China-AS yang semakin memanas mengguncang pasar mata uang.
Yuan onshore (yang diperdagangkan di dalam negeri) ditutup pada level 7,3498 per dolar AS, menjadi penutupan terlemah sejak Desember 2007.
Tarif Trump untuk Impor dari China
Pelemahan yuan China terjadi cukup signifikan sejak 2 April 2025.
Untuk diketahui, pada saat itu, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengonfirmasi kepada bahwa barang-barang impor dari China kini akan dikenakan tarif efektif sebesar 54%, yang merupakan hasil penjumlahan dari tarif baru sebesar 34% yang baru saja diberlakukan, ditambah dengan tarif 20% yang sebelumnya telah diterapkan oleh Presiden Trump di awal masa pemerintahannya.
Kemudian balasan tarif yang dilakukan China sebesar 34% untuk semua impor dari Amerika Serikat mulai 10 April, menepati janji untuk melakukan pembalasan setelah Presiden AS Donald Trump meningkatkan perang dagang global.
Selanjutnya, pelemahan yuan terjadi usai Pemerintah Amerika Serikat berkukuh memberlakukan tarif impor sebesar 104% terhadap barang-barang asal China mulai hari ini, Rabu (9/4/2025) tengah malam waktu setempat. Kebijakan ini tetap dijalankan meski pemerintahan Presiden Donald Trump secara paralel memulai langkah negosiasi dengan sejumlah mitra dagang utama lainnya.
Keputusan ini menandai babak baru dalam perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, yang telah mengguncang pasar keuangan global dan memicu kekhawatiran akan potensi resesi internasional.
Namun akhirnya pada 10 April 2025, yuan China menguat dengan cukup impresif yakni sebesar 0,49% karena inflasi AS yang melandai sangat signifikan yakni hanya sebesar 2,4% year on year/yoy untuk periode Maret 2025.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)