Kebijakan Fiskal Jerman Berubah Ekstrem, Pasar Keuangan Global 'Rusuh'

3 days ago 3
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan fiskal Jerman mengalami perubahan historis yang mengguncang pasar keuangan global, dengan lonjakan nilai euro serta peningkatan tajam dalam biaya pinjaman pemerintah. Keputusan ini dipandang sebagai pergeseran besar dari tradisi Jerman yang selama ini dikenal ketat dalam pengelolaan anggaran.

Mata uang euro menguat terhadap dolar AS pada Rabu pagi, dengan lonjakan sebesar 0,7 persen ke level 1,0722, tertinggi sejak November. Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Jerman bertenor 10 tahun melonjak hampir 0,25%, mencapai titik tertinggi dalam 17 bulan terakhir. Lonjakan ini mencerminkan reaksi investor terhadap dampak besar dari pengeluaran ratusan miliar euro untuk sektor pertahanan dan infrastruktur.

Perubahan ini dipicu oleh pengumuman bahwa Kanselir terpilih Jerman, Friedrich Merz, telah mencapai kesepakatan dengan mitra koalisinya dari Partai Sosial Demokrat (SPD) untuk melewati batasan konstitusional terkait defisit anggaran. Pengumuman tersebut bertepatan dengan usulan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, untuk menggalang ratusan miliar euro guna memulihkan kapasitas pertahanan Eropa.

"Eropa, khususnya Jerman, menunjukkan respons yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam merevisi kebijakan fiskalnya," ujar George Saravelos, Kepala Strategi FX Global di Deutsche Bank, dilansir dari Politico, Jumat (7/3/2025).

Merz berencana mengeluarkan dana sebesar 500 miliar euro dalam 10 tahun ke depan untuk infrastruktur, serta mengecualikan anggaran pertahanan dari pembatasan utang yang selama ini diberlakukan. Kebijakan ini masih harus disetujui oleh parlemen dalam beberapa minggu ke depan, dengan Partai Hijau yang diperkirakan akan memberikan dukungan.

Mengubah Paradigma Fiskal

Dalam konferensi pers Selasa lalu, Merz menggunakan frasa terkenal yang pernah diucapkan mantan Presiden Bank Sentral Eropa, Mario Draghi, saat krisis utang Eropa: "Whatever it takes" atau "Apa pun yang diperlukan". Pernyataan ini menegaskan tekad Jerman untuk mempertahankan kebijakan pertahanannya di tengah ancaman global.

Kesepakatan ini menandai perubahan besar dari kebijakan Jerman yang selama ini mengutamakan keberlanjutan utang sejak krisis keuangan global. Para ekonom menilai kebijakan ini dapat membawa transformasi besar bagi perekonomian Jerman.

"Jika kesepakatan ini benar-benar diterapkan tanpa hambatan besar, ini akan menjadi salah satu perubahan paradigma terbesar dalam sejarah Jerman pascaperang," kata Robin Winkler, Kepala Ekonom di Deutsche Bank Research.

Holger Schmieding, Kepala Ekonom Berenberg Bank, menyambut baik langkah ini dan berharap pemerintahan baru memiliki keberanian untuk melaksanakan reformasi pro-pertumbuhan guna meningkatkan investasi publik dan swasta. Sementara itu, Greg Fuzesi, ekonom J.P. Morgan, menyebut bahwa kebijakan ini akan membawa "perubahan material" dalam prospek ekonomi Jerman setelah mengalami resesi selama dua tahun berturut-turut.

Dampak dan Risiko

Namun, tidak semua pihak mendukung perubahan ini. Friedrich Heinemann dari lembaga penelitian ekonomi ZEW di Mannheim memperingatkan bahwa kebijakan ini berisiko meningkatkan rasio utang Jerman hingga 100% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2034.

"Kesepakatan ini memungkinkan Jerman untuk membiayai utang hingga 4% dari PDB kapan saja. Hal ini akan dengan cepat menempatkan Jerman di antara negara-negara dengan tingkat utang tinggi di Uni Eropa," ujar Heinemann.

Lonjakan pengeluaran pemerintah juga berdampak pada peningkatan tajam dalam biaya pinjaman Jerman, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun naik lebih dari 20 basis poin menjadi di atas 2,7%. Efek ini turut menyeret biaya pinjaman di seluruh zona euro. Obligasi pemerintah Jerman bertenor 30 tahun mengalami kenaikan harian terbesar sejak akhir 1990-an.

Lars Feld, penasihat mantan Menteri Keuangan Christian Lindner, bahkan menyebut kebijakan ini sebagai "akhir dari pembatasan utang" dan memperingatkan dampaknya terhadap daya tarik Jerman sebagai tempat investasi bagi pemegang obligasi.

"Hari ini adalah hari di mana pembatasan utang resmi menjadi sejarah," ujar Feld. "Jerman akan kehilangan posisinya sebagai tempat yang aman bagi pemegang obligasi. Suku bunga dan inflasi tidak akan luput dari dampak kebijakan ini."

Tantangan Global

Meskipun kebijakan ini dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi Jerman, ada tantangan eksternal yang perlu diperhitungkan. Barclays memperingatkan bahwa ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat, terutama terkait tarif impor, dapat menghambat dampak positif kebijakan ini terhadap nilai tukar euro.

"Dalam kondisi normal, kebijakan fiskal ekspansif ini seharusnya menghapus tekanan terhadap euro yang telah berlangsung sejak 2009. Namun, mengingat ketidakpastian global saat ini, hasil akhirnya masih sulit diprediksi," ujar Balduin Bippus, ekonom Barclays.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Mengejutkan! Ekonomi Jerman Tak Tumbuh Sejak 2023

Next Article Gonjang-ganjing Raja Ekonomi Eropa, Pemerintahan di Ambang Kehancuran

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |