Keistimewaan Puasa Dibanding Ibadah Lain, Interaksi Khusus Manusia dengan Allah Kata UAH

9 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Puasa memiliki keistimewaan yang membedakannya dari amalan lain dalam Islam. Setiap ibadah tentu memiliki pahala tersendiri, tetapi puasa memiliki nilai yang unik dibandingkan dengan amalan lainnya.

Pendakwah muda, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan bahwa dalam setiap amalan ibadah, terdapat pahala yang ditetapkan oleh Allah. Jika seseorang membaca Al-Qur'an, setiap hurufnya dihitung dengan 10 kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat At-Tirmidzi nomor 2910.

Ustadz Adi Hidayat juga mencontohkan amalan lain seperti sholat yang pahalanya diberikan sesuai dengan pelaksanaannya, serta sedekah yang dalam Al-Qur'an disebutkan memiliki potensi berkembang hingga 700 kali lipat, sebagaimana dalam Surah Al-Baqarah ayat 261.

Namun, ada satu amalan yang berbeda dari semua itu, yaitu puasa. Puasa memiliki karakteristik yang unik sehingga membuatnya lebih istimewa dibandingkan ibadah lainnya.

Dalam tayangan video di kanal YouTube @suasvideos, UAH mengutip pendapat seorang ulama tafsir besar, Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rawi, yang dikenal sebagai Syekh al-Mufassirin al-Mu'ashir, atau begawan tafsir kontemporer.

Syekh Asy-Sya'rawi menjelaskan bahwa semua ibadah selain puasa memiliki interaksi yang terbuka. Ketika seseorang melaksanakan sholat, orang lain dapat melihatnya. Saat membaca Al-Qur'an, interaksi dengan mushaf atau orang di sekitar juga dapat terlihat. Bahkan, saat seseorang bersedekah, ada orang lain yang menyaksikan perbuatannya.

Simak Video Pilihan Ini:

Video Edukasi Cara Isolasi Mandiri yang Aman untuk Pasien Covid-19 - presented by PMI

Promosi 1

Istimewanya Ibadah Puasa

Namun, berbeda dengan puasa. Ibadah puasa adalah satu-satunya amalan yang tidak bisa diketahui oleh orang lain secara langsung. Seseorang bisa saja berpura-pura berpuasa di hadapan manusia, tetapi hakikatnya hanya dia dan Allah yang tahu apakah puasanya benar-benar dikerjakan atau tidak.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa puasa membangun interaksi khusus antara seorang hamba dengan Allah. Ketika seseorang tetap tidak makan dan minum meskipun berada dalam keadaan sepi, hal itu bukan karena dilihat oleh orang lain, tetapi karena merasa diawasi oleh Allah.

"Siapa yang tahu kalau seseorang masuk ke kamar mandi, berkumur, tapi diam-diam menelan air? Tapi mengapa tidak dilakukan? Karena dia sadar bahwa Allah melihatnya," ujar Ustadz Adi Hidayat dalam ceramahnya.

Perasaan selalu diawasi oleh Allah ini muncul lebih kuat dalam ibadah puasa dibandingkan dengan ibadah lainnya. Dalam sholat, seseorang mungkin masih merasakan kehadiran orang lain, seperti imam atau jamaah di sampingnya. Tetapi dalam puasa, interaksi itu hanya antara dirinya dan Allah.

Ustadz Adi Hidayat juga menekankan bahwa puasa mengajarkan ketulusan ibadah yang lebih dalam. Seorang muslim berpuasa bukan karena ingin dilihat oleh orang lain, tetapi karena dorongan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

Keistimewaan puasa ini tidak ditemukan dalam amalan lain, kecuali di bulan Ramadhan. Hanya di bulan Ramadhan seseorang bisa merasakan sensasi ibadah yang benar-benar melibatkan hubungan personal dengan Allah tanpa campur tangan manusia lain.

Dalam ibadah puasa sunnah pun, keistimewaan ini masih ada, meskipun tidak sekuat dalam puasa Ramadhan. Saat seseorang menjalankan puasa sunnah, ada kemungkinan ia harus membatalkannya jika dalam kondisi tertentu, seperti ketika ada tamu yang menghidangkan makanan.

Puasa Mampu Menjaga Perilaku

Lebih jauh, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa salah satu hikmah dari puasa adalah mendidik jiwa untuk lebih peka terhadap keberadaan Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika seseorang berpuasa, ia tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga perilaku, perkataan, dan pikiran dari hal-hal yang dapat mengurangi nilai puasanya.

Puasa juga menjadi sarana untuk mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan ketakwaan. Dalam Al-Qur'an, disebutkan bahwa tujuan utama dari ibadah puasa adalah membentuk pribadi yang bertakwa.

"Puasa melatih kita untuk menundukkan hawa nafsu, bukan hanya soal makanan, tetapi juga dalam berbicara, bertindak, dan berpikir," ungkap Ustadz Adi Hidayat.

Oleh karena itu, puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi sebuah latihan spiritual yang membantu seseorang untuk lebih dekat kepada Allah.

Dengan memahami keistimewaan puasa ini, seorang muslim diharapkan bisa menjalankan ibadah ini dengan lebih ikhlas dan penuh kesadaran.

Ustadz Adi Hidayat mengajak umat Islam untuk memanfaatkan bulan Ramadhan sebagai kesempatan memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah.

Dengan menjalankan puasa secara benar, seseorang tidak hanya mendapatkan pahala besar, tetapi juga membentuk karakter yang lebih baik dan lebih dekat dengan Allah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |