Kejayaan Nvidia Runtuh, CEO Buka-bukaan Mau Beralih ke Sini

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Nvidia akan melakukan pergeseran bisnis. CEO Jensen Huang memastikan pihaknya tidak lagi menggunakan pelatihan model AI seperti yang dilakukan selama ini.

Pelatihan model AI, seperti chatbot, terbukti menghasilkan banyak uang untuk Nvidia. Namun, perusahaan ke depannya akan fokus pada AI yang lebih pintar dalam memudahkan hidup manusia, yakni 'AI Agen'.

"Jumlah komputasi yang dibutuhkan dari AI Agen, sebagai hasil dari penalaran, 100 kali lebih banyak dari yang kita kira butuhkan tahun lalu," ucap Huang, dikutip dari Reuters, Rabu (19/3/2025).

Ucapannya itu mengacu pada agen AI otonom yang membutuhkan sedikit intervensi manusia untuk menyelesaikan tugasnya.

Huang juga tetap membela perusahaannya saat menjual chip AI yang mahal. Ia mengatakan "orang-orang salah kaprah".

Investor diketahui mempertanyakan Nvidia yang menjual chip AI mahal, menyusul kemunculan DeepSeek asal China bisa menghasilkan AI dengan harga jauh lebih murah.

Kemunculan DeepSeek membuat geger raksasa teknologi AS. Saham beberapa perusahaan besar, termasuk Nvidia, rontok signifikan. Nvidia kehilangan nilai kapitalisasi pasar hampir US$600 miliar dalam sehari pada hari Senin (27/1). Ini merupakan penurunan terbesar bagi perusahaan dalam satu hari dalam sejarah Amerika Serikat (AS).

Menurut Huang, chip canggih dengan harga mahal dibutuhkan untuk mengembangkan AI Agen yang mumpuni. Dalam kesempatan itu, Huang turut mengumumkan chip baru perusahaan, yakni GPU Blackwell Ultra generasi berikutnya yang tersedia pada paruh kedua tahun ini.

Chip tersebut akan punya lebih banyak memori dari generasi chip Blackwell yang sudah ada sebelumnya. Reuters mencatat Blackwell Ultra mendukung model AI yang lebih besar.

Selain itu juga ada Vera Rubin dan Feynman. Vera Rubin yang menjadi pengganti Blackwell bakal dirilis pada paruh kedua tahun depan, sementara Feynman pada 2028.

Huang mengatakan chip Nvidia memiliki dua tujuan utama, yakni membantu sistem AI merespons pengguna dan memberikan respon yang cepat.

Huang percaya diri chip buatan Nvidia hanya satu-satunya yang bisa mewujudkan kedua tujuan tersebut. Kemampuan itu ia samakan dengan mesin pencarian karena pelanggan akan mencari yang bisa memberikan jawaban tercepat.

"Jika terlalu lama menjawab pertanyaan, maka pelanggan tidak akan kembali. Seperti pencarian web," kata dia.

Namun, presentasi Huang nyatanya gagal meyakinkan investor. Saham Nvidia anjlok 3,4% usai penjelasan tersebut. 

Nvidia Tertekan Gara-gara Trump

Tak cuma kemunculan DeepSeek dan AI China lainnya yang murah, Nvidia juga harus menelan pil pahit lantaran perang dagang yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump.

Pada awal pekan lalu, Nasdaq mencatat penurunan paling signifikan sejak 2022. Tujuh raksasa teknologi paling bernilai di dunia kehilangan nilai pasar lebih dari US$750 miliar (Rp12,3 triliun). 

Apple memimpin penurunan paling tajam yang menyebabkan nilai perusahaan jatuh sekitar US$174 miliar (Rp2.800 triliun).

Nvidia juga kehilangan hampir US$140 miliar (Rp2.200 triliun) nilai pasarnya dengan saham yang ditutup anjlok 5%. Raksasa chip AI tersebut telah kehilangan hampir sepertiga nilai pasarnya dalam waktu 2 bulan pasca mencatat rekor tertinggi pada Januari 2025.

Tesla membukukan persentase penurunan tertinggi dalam sehari sebanyak 15%. Penurunan ini lebih parah ketimbang hari terburuk perusahaan pada 2020 lalu.

Tesla telah kehilangan lebih dari setengah nilai pasarnya pasca mencapai rekor tertinggi di akhir Desember 2024.

Tesla kehilangan nilai pasar sebanyak US$130 miliar (Rp2.100 triliun) pada Senin (10/3) waktu setempat. Sementara itu, Microsoft dan Alphabet masing-masing kehilangan US$98 miliar (Rp1.600 triliun) dan US$95 miliar (Rp1.500 triliun). Amazon kehilangan US$50 miliar (Rp820 miliar) dan US$70 miliar (Rp1,1 triliun).

Investor berbondong-bondong menjual saham di sektor teknologi. Petaka perang tarif makin terasa dampaknya. Pasalnya, banyak perusahaan teknologi yang bergantung pada komponen dan manufaktur luar negeri.

Jika dipaksa untuk memindahkan manufaktur di AS, kemungkinan besar harga jual produk teknologi akan melambung tinggi. Hal ini memicu kekhawatiran AS akan menghadapi resesi di bawah kepemimpinan Trump.

Produsen semikonduktor seperti Nvidia turut merasakan dampak signifikan. Pekan lalu, Trump mengumumkan investasi tambahan dari raksasa Taiwan TSMC sebesar US$100 miliar untuk membangun manufaktur di AS demi menghindari kewajiban tarif. Trump menyebut TSMC sebagai raksasa chip paling kuat di dunia karena mau menggenjot produksi lokal.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bantu Petani, Syngenta Dukung Pembiayaan-Teknologi Benih Unggul

Next Article Manusia Rp 2.000 Triliun Pamer Komputer Super Seukuran Tangan

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |