loading...
Kementerian Agama (Kemenag) sukses menggelar Ramadhan Global Camp di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Jumat (7/3/2025). FOTO/IST
MALANG - Kementerian Agama ( Kemenag ) sukses menggelar Ramadhan Global Camp di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Jumat (7/3/2025). Acara yang dikemas dalam talk show, membahas kurikulum cinta bersama mahasiswa UIN Malang yang berasal dari berbagai belahan dunia, mulai dari Eropa, Timur Tengah, Asean, hingga Amerika.
Sekretaris Jenderal Kemenag Kamaruddin Amin yang turut serta dalam talk show menuturkan, tidak ada alasan makhluk hidup di dunia untuk tidak saling mencintai, hal ini mengingat dalam setiap langkah manusia itu sendiri, tidak lepas dari sebuah ekosistem yang di dalamnya tidak lepas dari orkestrasi Allah sebagai Yang Maha Mengatur.
"Jadi semua capaian kita, kesuksesan kita, kesuksesan karier kita, semua kesuksesan yang kita capai tidak terlepas dari kontribusi orang lain, tidak lepas dari ekosistem kehidupan yang di dalamnya ada pergumulan, eksistensial manusia dan lingkungan, antarmanusia dengan manusia, dan manusia dengan alam," kata Prof Kamaruddin dalam keterangannya, Sabtu (8/3/2025).
Kurikulum Cinta pertama kali disampaikan oleh Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar sebagai panduan bagi lembaga pendidikan di bawah Kemenag, khususnya Pendidikan Tinggi Kegamaan Islam untuk menjadi garda terdepan dalam mencetak generasi bangsa masa depan berlandas kurikulum yang barbasis kepada cinta kasih.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron Samsudin menyampaikan, dalam menelurkan ide besar Kurikulum Cinta, Menteri Agama tidak hanya berlandaskan kepada Al-Quran dan Hadis saja, melainkan mengkaji teks-teks keagamaan dari berbagai agama yang seluruhnya mengarah kepada cinta kasih sebagai jawaban atas problem-problem sosal yang berkembang di dunia.
"Beliau membaca banyak sekali problem sosial, kemiskinian, kekerasan, konflik sosial dan masih banyak lagi yang berkembang di masyarakat global, jadi beliau jeli membaca ini, dimana dari satu sisi Agama mengajarkan bagaimana kita hidup secara harmonis dan damai, tetapi dalam kenyataannya banyak seali problem sosial. Ini berarti ada yang harus diselesaikan, dan cara paling ideal adalah melalui pendidikan, baik dari tingkat dasar, anak-anak, sampai pada tingkat yang lebih tinggi, melalui kurikulum berbasis cinta ini," kata Prof Sahiron.
Senada dengan hal tersebut, Rektor UIN Malang Zainuddin menjelaskan Indonesia merupakan negara dengan mayoritas beragama Islam, namun tantangan terbesarnya adalah bagaimana maoritas ini tetap bisa menaungi dan memberikan kedamaian kepada agama yang lain di Indonesia.
"Pak Menteri menyampaikan bahwa pluralitas itu ibarat lukisan tuhan dari berbagai varian, oleh karena itu jangan sampai dinodai, apalagi kemudian dirusak, nah Indonesia adalah negara yang plural, tidak hanya terdiri dari beberapa agama, tetap suku dan bahasa, oleh karena itu diantara kita haru menjalin kerjasama yang baik," tuturnya.
Perwakilan mahasiswa luar negeri asal Libya, Salih Alson Haji menuturkan, sejak memutuskan belajar di Indonesia diriniya menemukan berbagai keindahan yang membedakan Indonesia dengan negara-negara lainnya, selain alamnya yang kaya, Indonesia sebagai negara dengan berbagai suku, agama dan budaya namun terus mampu menjaga perdamaian, kerukunan, dan harmonisasi antar sesama yang hidup didalamnya.
"Jika merujuk Al-Qur'an dan Hadis ada banyak sekali ayat yang menuntun manusia kepada kemanusiaan, kaitannya dengan Indonesia, Alhamdulillah kalau kita lihat Indonesia itu sangat kaya, kaya sekali, kaya agama, kaya bahasa, kaya bahasa, kaya akan keberagaan tetap saya melihat semuanya mampu hidup bersama-sama," kata mahasiswa yang saat ini tengah menempuh S3 di UIN Malang ini.
(abd)