Kesaksian Perawat, Ini 4 Pengakuan Orang Jelang Ajal-Jadikan Pelajaran

2 days ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendiri dan CEO Doulagivers Institute, Suzanne B. O'Brien, RN, mengungkapkan bahwa selama 20 tahun menjadi perawat hospice, dirinya sering mendengar pengakuan dari pasien yang berada di ambang kematian. 

Sebagai perawat hospice-pendamping pasien yang dinyatakan tinggal menunggu ajal, dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, Suzanne telah menemani banyak pasien di saat-saat terakhir mereka. Namun ia menemukan, bagi kebanyakan orang, ketakutan terbesar bukanlah kematian melainkan penyesalan yang menghantui.

"Ketika kita tidak mengakui bahwa kematian adalah bagian alami dari perjalanan kita, atau kita memperlakukannya seolah-olah itu bisa dihindari, kita cenderung mengabaikan hal-hal penting yang seharusnya kita lakukan, pelajari, dan jalani," ujar Suzanne dikutip dari CNBC International, Minggu (30/3/2025).

Setidaknya ada empat pengakuan yang paling sering didengar oleh Suzanne dari pasien di ranjang kematian:

1. "Saya menyesal tidak mengikuti kata hati dan menemukan tujuan hidup saya yang sebenarnya."

Banyak dari kita membuat keputusan berdasarkan tekanan eksternal, baik itu dari keluarga atau ekspektasi masyarakat. Hal ini mempengaruhi pilihan kita dalam karier, hubungan, bahkan cara kita menampilkan diri.

Mungkin Anda membenci pekerjaan Anda, tetapi tidak berani berhenti karena gajinya besar. Anda merasa ragu dengan pasangan, tetapi tetap bertahan karena di atas kertas mereka terlihat sempurna. Anda berpakaian dengan cara tertentu karena berpikir hanya itulah cara untuk diterima.

Ketika kita hanya mengikuti apa yang diinginkan orang lain, kita akhirnya merasa tidak bahagia, terjebak, dan kehilangan arah. Namun, ketika kita berani menjadi diri sendiri, kita dapat menjalani hidup yang lebih bermakna, penuh tujuan, dan memuaskan.

2. "Saya menyesal tidak memiliki keberanian untuk mencintai orang lain sepenuhnya."

Salah satu pasien Suzanne adalah seorang pria berusia 69 tahun yang telah meraih kekayaan dan kesuksesan luar biasa. Dia termasuk dalam 1% orang dengan penghasilan tertinggi di AS. Dia memiliki banyak rumah, pesawat pribadi, dan lebih banyak mobil daripada yang bisa dikendarai siapa pun.

Di ranjang kematiannya, dia berbicara tentang keluarga dan teman-teman yang telah dia jauhi karena uang, kecemburuan, dan perselisihan kecil.

"Saya memendam amarah dan memutus hubungan dengan orang-orang karena hal-hal bodoh, dan sekarang saya bahkan tidak ingat alasannya," katanya.

"Saat itu, saya pikir lebih mudah begitu, tetapi akhirnya saya hanya merasa sedih, kesepian, dan sendirian sepanjang hidup saya. Saya tidak pernah menemukan cinta. Saya tidak pernah memberi diri saya kesempatan untuk mengalaminya, dan sekarang saya tahu bahwa itulah inti dari kehidupan. Saya baru menyadarinya! Tolong ceritakan kisah saya kepada orang lain."

Sebagai perawat hospice muda, Suzanne sangat terkejut dengan penyesalan ini karena ia mendengarnya dari berbagai orang dengan latar belakang agama dan budaya yang berbeda.

3. "Saya menyesal tidak memiliki keberanian untuk membiarkan orang lain mencintai saya sepenuhnya."

Karena rasa sakit dan luka yang manusia alami dalam hidup, sangat umum bagi kita untuk membangun tembok di sekitar hati kita demi melindunginya.

Hal ini mungkin bermanfaat dalam jangka pendek, tetapi jika kita terus menerus membangun tembok dan tidak pernah meruntuhkannya, akhirnya kita membangun benteng yang tidak bisa ditembus. Tidak ada cinta yang masuk, tidak ada cinta yang keluar. Kita mungkin berpikir ini membuat kita aman, tetapi sebenarnya kita justru terperangkap dalam penjara yang kita ciptakan sendiri.

Ketika seseorang mencapai akhir hidupnya, mereka menyesali penjara yang mereka bangun itu dan berharap mereka memiliki lebih banyak keberanian untuk membuka hati dan membiarkan orang lain masuk.

4. "Saya menyesal terlalu sering menghakimi diri sendiri dan tidak mencintai diri saya lebih banyak."

Jika makna hidup adalah merasakan cinta yang sejati dan tanpa syarat, maka cinta itu harus dimulai dari diri sendiri.

Saat Suzanne bekerja dengan orang-orang di akhir hidup mereka dan mereka berbagi penyesalan, ia menyarankan mereka untuk kembali ke setiap penyesalan itu dan mengingat semua detailnya. Ia pun bertanya kepada mereka:

"Apa pekerjaan Anda saat itu? Di mana Anda tinggal? Siapa saja yang ada dalam hidup Anda? Tantangan apa yang sedang Anda hadapi?"

Lalu Suzanne bertanya: "Mengingat semua itu, apakah Anda melakukan yang terbaik yang Anda bisa?" Jawabannya hampir selalu ya! Betapa sedikitnya empati yang kita miliki terhadap diri sendiri.

Menurut Suzanne, hidup adalah perjalanan belajar yang tidak selalu mudah. Begitu kita menyadari hal ini, kita bisa melihat pilihan kita dengan lebih penuh pengertian. Kesadaran ini memungkinkan kita menemukan kedamaian dan belas kasih terhadap diri sendiri, sehingga kita bisa berdamai dengan penyesalan di masa lalu.


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Produk Kosmetik Lokal Menjamur, Peluang Bisnis Makin Cuan

Next Article Terungkap, Ini Rahasia Orang Finlandia Selalu Bahagia

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |