Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Scott Bessent mengatakan "tak ada jaminan resesi tidak akan terjadi" di negeri itu. Karenanya ia mengatakan pemerintahan Presiden AS Donald Trump berfokus pada pencegahan krisis keuangan yang dapat terjadi.
Ia menunjuk "pengeluaran pemerintah yang besar selama beberapa tahun terakhir". Hal ini membuat Trump menempatkan penataan kembali ke keuangan pemerintah sebagai prioritas seraya membuat Departemen Efisiensi Pemerintah, untuk mempelopori pemutusan hubungan kerja dan insentif pensiun dini di berbagai lembaga federal, yang dipimpin Elon Musk.
"Yang dapat saya jamin adalah kita akan mengalami krisis keuangan," kata kata Bessent di acara "Meet the Press" di NBC, dikutip Senin (17/3/2025).
"Saya telah mempelajarinya, saya telah mengajarkannya, dan jika kita terus mempertahankan tingkat pengeluaran ini -- semuanya tidak berkelanjutan," tambahnya.
"Kita sedang mengatur ulang, dan kita sedang menempatkan segala sesuatunya pada jalur yang berkelanjutan."
Diketahui, pasar telah mengalami perjalanan yang penuh gejolak akhir-akhir ini karena tarif Trump yang meluas menimbulkan kekhawatiran tentang inflasi dan perlambatan ekonomi. S&P 500 pada hari Kamis jatuh ke dalam koreksi 10% dari tertinggi Februari karena volatilitas melonjak.
Meski begitu, Bessent yakin kemunduran seperti yang dialami pasar saat ini tidak berbahaya. Kebijakan Trump yang pro-bisnis akan meningkatkan pasar dan ekonomi dalam jangka panjang.
"Saya telah berkecimpung dalam bisnis investasi selama 35 tahun, dan saya dapat memberi tahu Anda bahwa koreksi itu sehat. Itu normal," katanya.
"Yang tidak sehat adalah, Anda mendapatkan pasar yang euforia. Begitulah cara Anda mendapatkan krisis keuangan. Akan jauh lebih sehat jika seseorang mengerem pada tahun 2006, 2007. Kita tidak akan mengalami masalah seperti pada tahun 2008," ujarnya lagi.
"Saya tidak khawatir tentang pasar. Dalam jangka panjang, jika kita menerapkan kebijakan pajak yang baik, deregulasi, dan keamanan energi, pasar akan berjalan dengan baik," jelasnya.
"Saya katakan bahwa satu minggu tidak akan mengubah pasar."
AS sendiri kini bergelut dengan memburuknya defisit anggaran. Di Februari melampaui angka US$1 triliun.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Resesi AS di Depan Mata, Awas Ekonomi Indonesia Goyang
Next Article Video: Q3-2024, Ekonomi AS Melambat Lagi & Buat Pasar Kecewa