Marak Tragedi Kecelakaan Anak di Jalan Raya: Pengamat UI Soroti Kualitas Helm SNI

6 hours ago 3

loading...

Pengamat transportasi mencurigai banyak helm yang mencantumkan label SNI, namun tidak memenuhi standar keselamatan karena kualitasnya yang rendah. Foto: Sindonews/Danang Arradian

JAKARTA - Jalanan Indonesia menjadi saksi bisu atas tingginya angka kecelakaan yang melibatkan anak-anak pengguna sepeda motor. Ironisnya, banyak dari mereka yang menjadi korban tidak mengenakan helm, atau mengenakan helm yang tidak memenuhi standar keselamatan.

Tri Tjahjono, pengamat transportasi dari Universitas Indonesia (UI), menyoroti fenomena memprihatinkan ini dan mendesak tindakan tegas untuk melindungi generasi muda di jalan raya.

Data UNICEF pada 2022 menunjukkan bahwa kelompok usia 10-19 tahun menjadi penyumbang terbesar angka kecelakaan lalu lintas, khususnya yang melibatkan sepeda motor. Fakta ini sangat memilukan, mengingat sepeda motor seharusnya menjadi alat transportasi yang aman, bukan pembawa petaka.

"Berdasarkan data UNICEF, penyebab kematian remaja kelompok usia 10-19 tahun yang paling besar adalah kecelakaan lalu lintas. Dari data 2022, 30 persen meninggal dunia akibat kecelakaan anak di usia 10-19 tahun, dan sebagian besar adalah pengguna sepeda motor. Ini jelas tidak punya SIM, dan ini harus kita angkat," ungkap Tri Tjahjono dalam keterangan resminya.

Tri Tjahjono tidak hanya menyoroti tingginya angka kecelakaan, tetapi juga kualitas helm yang beredar di pasaran. Ia mempertanyakan efektivitas helm Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam melindungi kepala anak-anak. Menurutnya, tidak ada helm yang benar-benar dirancang untuk memenuhi kebutuhan keselamatan anak-anak.

"Helm anak-anak itu berkembang sesuai usia, dari bayi hingga dewasa. Tidak ada helm anak-anak yang ideal di Indonesia. Helm anak-anak itu seperti sepatu anak-anak, cepat sekali harus diganti," jelasnya.

Tri Tjahjono mendesak pembentukan lembaga khusus yang mengatur standar helm anak-anak, sehingga keselamatan mereka di jalan raya dapat lebih terjamin.

"Kalau perlu, ada organisasi seperti NGO yang memberikan layanan terkait helm anak-anak. Helm untuk anak-anak harus dipikirkan penelitiannya seperti apa ke depannya," ujarnya.

Selain itu, Tri Tjahjono meminta pihak berwenang untuk melakukan pemeriksaan ketat terhadap kualitas helm yang beredar di pasaran. Ia mencurigai banyak helm yang mencantumkan label SNI, namun tidak memenuhi standar keselamatan karena kualitasnya yang rendah.

"Soal helm berstandar SNI, saya curiga apakah helm yang dijual di luar benar-benar SNI atau hanya ditempel SNI. Jika kita membiarkan SNI itu beredar tanpa inspeksi atau pemeriksaan, maka SNI ilegal itu akan menjatuhkan istilah SNI itu sendiri," tegasnya.

Tragedi yang menimpa anak-anak di jalan raya adalah alarm bagi semua pihak. Perlindungan anak di jalan raya harus menjadi prioritas utama. Diperlukan tindakan nyata dari pemerintah, produsen helm, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang amanbagianak-anak.

(dan)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |