Maret Jadi Bulan "Neraka" Buat Wall Street, Saham Tesla Jeblok 36%

1 day ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) mayoritas ditutup di zona hijau pada perdagangan Senin (31/3/2025) atau Selasa pagi waktu Indonesia (1/4/2025). Secara keseluruhan, Wall Street mencatat kinerja yang sangat buruk sepanjang Maret dan kuartal I-2025.

Indeks S&P naik 0,55% dan ditutup di 5.611,85. Penguatan ini mengakhiri catatan buruk setelah indeks terjerembab ke level terendah enam bulan. Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 417,86 poin, atau 1% dn ditutup di 42.001,76.

Sementara itu, Nasdaq Composite turun 0,14% ke 17.299,29.

Indeks ditutup beragam menjelang kebijakan perang tarif Presiden AS Donald Trump yang akan diberlakukan pada 2 April mendatang,

Raksasa teknologi Nvidia turun 1,2%, sedangkan Tesla merosot 1,7%. Saham teknologi kesulitan untuk mengulang kenaikan meteoris mereka dari tahun lalu yang didorong oleh sentimen kecerdasan buatan (AI). Nvidia kini hampir 30% di bawah level tertinggi 52 minggunya.

Investor kini lebih mencari keamanan sehingga mendorong seperti Coca-Cola dan Walmart lebih tinggi yang diperdagangankan di Dow Jones menguat.

Presiden Donald Trump mengatakan pada Minggu bahwa rencananya untuk "tarif timbal balik" akan menargetkan semua negara,

Pernyataan ini menghapus harapan orang jika pemberlakuan tarif akan lebih sempit dan lebih terarah. Bahkan, The Wall Street Journal melaporkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, Trump telah mendorong penasihatnya untuk bersikap lebih agresif dalam hal tarif.

"Kami terus bertransaksi dengan latar belakang ketidakpastian tarif dan selubung kerahasiaan tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya," kata Jay Woods, kepala strategi global di Freedom Capital Markets, kepada CNBC International.

"Akibatnya, investor menjual terlebih dahulu dan menunggu. Ini memiliki semua ciri penjualan panik di mana reli pemulihan bisa segera terjadi." Imbuhnya,

Retorika Trump menjelang "Hari Pembebasan" semakin meningkatkan kekhawatiran bahwa tarif ini dapat secara signifikan memperlambat ekonomi, bahkan mungkin menjadi pemicu resesi.

Ekonom yang disurvei dalam CNBC Rapid Update memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama hanya 0,3%, jauh di bawah pertumbuhan 2,3% yang terlihat pada kuartal keempat.

"S]udah waktunya untuk timbal balik, dan sudah waktunya bagi seorang presiden untuk mengambil langkah perubahan bersejarah demi kepentingan rakyat Amerika, dan itu akan terjadi pada hari Rabu," kata sekretaris pers Gedung Putih, Karoline Leavitt pada Senin.

Bulan Merah di Maret

Pasar saham AS mengalami penurunan tajam pada akhir bulan dan kuartal I- 2025 yang berakhir pada Senin (31/3/2025).

Hari Senin menandai akhir dari Maret dan kuartal yang penuh gejolak di Wall Street. S&P 500 sempat masuk ke wilayah koreksi pada Maret setelah mencatat rekor baru di Februari.

Indeks S&P 500 turun hampir 9% dari rekor yang dicapai pada Februari dan mencapai level terendah sejak September pada Senin. Nasdaq, yang didominasi saham teknologi, juga menyentuh level yang tidak pernah tercatat sebelumnya sejak September dan kini berada 14% di bawah rekor tertingginya yang dicapai pada Desember.

Selama bulan Maret, S&P ambruk 5,8%, mencatat penurunan bulanan terbesar sejak Desember 2022. Nasdaq jeblok 8,2%, sementara Dow Jones turun 4,2%.

Sepanjang kuartal pertama 2025, S&P 500 melemah 4,6%, mengakhiri tren kenaikan selama lima kuartal berturut-turut. Nasdaq anjlok 10,4% pada Januari-Maret menjadi penurunan kuartalan terburuk sejak penurunan 22,4% pada kuartal II-2022. Sementara itu, Dow kehilangan 1,3% dalam periode yang sama.

Tesla Jeblok

Saham Tesla anjlok  11,5% selama Maret dan jatuh 36% dalam tiga bulan pertama tahun ini, mencatat penurunan kuartalan terbesar sejak 2022 dan menjadi penurunan terbesar ketiga dalam sejarah perusahaan.

Penurunan lebih parah terakhir kali terjadi pada akhir 2022, ketika saham Tesla anjlok 54%. Pada kuartal tersebut, CEO Elon Musk menjual lebih dari U$22 miliar saham Tesla untuk membiayai akuisisi Twitter senilai U$44 miliar, yang kemudian diubah namanya menjadi X.

Penurunan kuartal I-2025 terjadi di tengah melemahnya penjualan kendaraan baru serta kekhawatiran terkait tarif yang diberlakukan oleh Presiden Trump, ditambah dengan protes yang muncul akibat peran CEO Elon Musk dalam pemerintahan.

Sepanjang kuartal ini, Tesla kehilangan lebih dari $460 miliar dalam kapitalisasi pasar, sementara Departemen Efisiensi Pemerintah yang dipimpin Musk mengklaim telah menghemat $140 miliar sejauh ini.

(mae/mae)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |