Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menyampaikan bahwa pemanfaatan sumber energi panas bumi menjadi salah satu upaya bagi Indonesia, khususnya untuk mencapai swasembada energi.
Direktur Utama PT PGE Julfi Hadi mengatakan bahwa hal ini terjadi karena energi panas bumi dapat diandalkan sepanjang waktu. Sumber energi ini berbeda apabila dibandingkan dengan sumber energi surya atau angin yang bergantung pada kondisi cuaca.
Sebagai negara yang berada di jalur cincin api (ring of fire), Indonesia memiliki sumber daya panas bumi yang tersebar luas di berbagai wilayah. Jika dimanfaatkan secara maksimal, ini dapat mengurangi ketergantungan pada energi impor.
Bahkan tak tanggung-tanggung, Indonesia menguasai 40% sumber panas bumi dunia. Alhasil, Indonesia merupakan pemilik sumber daya panas bumi terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat.
"Yang kita bicarakan adalah energy security. Kita negara volcano, geothermal adalah energinya Indonesia. Jadi energy security karena banyaknya, 24 Giga Watt, dan spread all over the place di Indonesia, ini bisa menjadi sinyal player dan membuat mixed energy policy kita itu berubah significantly," kata Julfi dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Jumat (7/3/2025).
Julfi menilai, apabila Indonesia menggunakan panas bumi secara masif, maka impor minyak kemungkinan bisa ditinjau ulang. Mengingat, potensinya luar biasa besar dan bisa mengubah kebijakan bauran energi RI secara signifikan.
"Percuma kita ngomongin itu kalau nggak bisa boost GDP, commerciality, ekonomi 8% targetnya pemerintah. Nah di sinilah, karena industri itu belum jalan, PGE main peranan untuk membuat ekosistemnya. Jadi bukan saja upstream yang kita akan fokus, yang accelerate, cuman downstream-nya," katanya.
Selain untuk kelistrikan, pengembangan industri panas bumi juga membuka peluang baru bagi sektor energi hijau. Misalnya, hidrogen hijau (green hydrogen) dan amonia hijau (green ammonia).
"Kita bukan melihat upstream-nya saja, cuma downstream-nya dan off grid-nya. Kalau ini terjadi tentunya Indonesia bisa menjadi energy giant dunia," kata dia.
Berdasarkan data ThinkGeoEnergy, Amerika Serikat memiliki potensi panas bumi 30.000 MW atau 30 GW, terbesar no.1 di dunia. Setelah itu, disusul Indonesia dengan potensi 23.965 MW di posisi ke-2 dunia.
Lalu, nomor tiga diduduki Jepang dengan jumlah potensi 23.400 MW, dan no.4 disusul Kenya dengan potensi 15.000 MW. Penguasa panas bumi no.5 terbesar di dunia dimiliki oleh Islandia dengan jumlah potensi panas bumi sebesar 5.800 MW.
Namun sayangnya, hingga kini sumber daya panas bumi RI tersebut baru dimanfaatkan sebagai sumber energi berupa Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 11%.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Indonesia memiliki sumber daya panas bumi hingga 24.000 Mega Watt (MW) atau 24 Giga Watt (GW). Namun, hingga Desember 2024, kapasitas terpasang PLTP tercatat baru mencapai 2.653 Mega Watt (MW) ateu 2,65 GW.
Artinya, panas bumi yang dimanfaatkan sebagai sumber energi baru sebesar 11% dari potensi yang ada.
Sampai 2030, kapasitas terpasang PLTP ditargetkan bisa meningkat menjadi 3,35 GW.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Lapor Pak Prabowo, Investasi Geothermal RI Lebih Mahal Dibanding AS
Next Article PGE Targetkan 1,5 GW Pembangkit Panas Bumi Terpasang di 2030