Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kesibukan masyarakat modern, hari ini jutaan umat Kristen di seluruh dunia memperingati sebuah peristiwa yang tak hanya religius, tapi juga sarat makna simbolik dan sejarah: Hari Kenaikan Yesus Kristus ke Surga.
Tepat 40 hari setelah Paskah, kalender liturgi Kristen mencatat momen ketika Yesus, setelah bangkit dari kematian, naik ke surga disaksikan langsung oleh para murid. Peristiwa ini tidak hanya tercatat dalam Alkitab, tetapi juga meninggalkan jejak tradisi yang bertahan selama berabad-abad dan menariknya, di beberapa tempat, bahkan meninggalkan jejak secara harfiah.
Di Bukit Zaitun, Yerusalem, sebuah kapel mungil berdiri tenang di tengah hiruk pikuk kota tua. Konon, di lantai batu kapel ini terdapat lekukan berbentuk kaki yang dipercaya sebagai "jejak terakhir" Yesus sebelum terangkat ke langit. Uniknya, tempat ini kini dikelola oleh komunitas beragama Muslim dan tetap dihormati oleh tiga agama besar: Kristen, Islam, dan Yahudi. Suatu simbol harmoni yang langka di dunia modern.
Tradisi Unik
Meski terkesan sakral dan hening, Hari Kenaikan ternyata juga diwarnai nuansa budaya yang hidup. Di Jerman, misalnya, Christi Himmelfahrt dirayakan bersamaan dengan Hari Ayah Nasional. Laki-laki dari berbagai usia berkeliling desa sambil membawa kereta berisi makanan dan minuman, menjadikan perayaan ini sebagai kombinasi unik antara spiritualitas dan pesta rakyat.
Di Indonesia, meskipun merupakan negara dengan mayoritas Muslim, Hari Kenaikan Yesus tetap ditetapkan sebagai hari libur nasional sebuah bentuk pengakuan atas keragaman iman dan penghormatan antaragama yang patut diapresiasi.
Dari sisi teologis, momen kenaikan bukanlah sekadar "kepergian" Yesus. Justru sebaliknya, peristiwa ini menandai kelahiran gereja misioner yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Sebelum naik ke langit, Yesus meninggalkan amanat terakhir: "Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku." Perintah inilah yang menjadi dasar dari semangat pelayanan dan penginjilan gereja hingga kini.
Tak hanya itu, peristiwa ini juga membuka babak baru: menantikan Pentakosta, saat Roh Kudus turun dan memberikan kekuatan kepada para murid untuk memulai misi global. Dalam tradisi Katolik, masa ini diisi dengan novena atau doa sembilan hari sebagai bentuk persiapan rohani.
Dari langit Yerusalem hingga kampung-kampung kecil di Eropa, dari liturgi gereja hingga halaman sekolah dan rumah, Hari Kenaikan Yesus terus dikenang bukan hanya karena kemuliaan-Nya yang naik ke surga, tapi juga karena warisan nilai yang ditinggalkannya: keberanian untuk melangkah, dan kepercayaan bahwa kehadiran-Nya tak pernah benar-benar pergi.
CNBC INDONESIA RESEARCH