Nilai Tukar Rupiah Menuju Rp17.000, Intip Dampak dan Mitigasinya

1 week ago 10

loading...

Dalam rentang dua hari terakhir, nilai tukar rupiah mengalami tekanan di pasar NDF hingga berada pada kisaran Rp17.200., berikut 3 faktor yang mempengaruhinya menurut analis. Foto/Dok

JAKARTA - Dalam rentang dua hari terakhir, nilai tukar rupiah mengalami tekanan di pasar Non Deliverable Forward (NDF), yaitu nilai tukar rupiah yang digunakan dalam kontrak berjangka valuta asing (valas). Nilai pasar NDF ini menjadi indikator keyakinan global atas nilai rupiah.

Pasar NDF menunjukkan nilai tukar rupiah melemah di kisaran Rp17.200 per dolar AS (USD) . Kondisi ini sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah di pasar spot exchange sudah menyentuh Rp16.800 dan terus mengalami fluktuasi.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdhan Denny Prakosa pada Senin 7 April 2025, menyampaikan bahwa Bank Indonesia (BI) secara berkesinambungan melakukan intervensi di pasar NDF serta mitigasi crowding out dengan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Selain itu, BI akan mengoptimalkan instrumen likuiditas rupiah untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan domestik.

Mengkaji lebih dalam, Analis Kebijakan Ekonomi Apindo, Ajib Hamdani menerangkan, sebenarnya indikator ekonomi makro domestik Indonesia realtif stabil. Tingkat suku bunga acuan stabil di angka 5,75% dan inflasi masih di rentang kendali di bawah 2,5%.

"Faktor lain penentu stabililitas mata uang, dalam hal ini faktor politik, juga relatif stabil dengan dimulainya pemerintahan baru di bawah Prabowo Subianto," ungkap Ajib dalam keterangannya, Selasa (8/4/2025).

Lebih lanjut Ia menerangkan, pelemahan nilai tukar rupiah saat ini cenderung dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor. Pertama, ekonomi global dan kebijakan Presiden Donald Trump yang menaikkan tarif pajak.

"Hal ini akan membuat konstraksi neraca dagang Indonesia-Amerika, yang pada tahun 2024 mencapai surplus lebih dari 16 milyar US dolar. Kedua, tingkat keyakinan pasar global atas ekonomi dalam negeri Indonesia," ungkapnya.

Diterangkan juga oleh Ajib bahwa salah satu indikatornya adalah tekanan terhadap nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok lebih dari 9% begitu perdagangan bursa dibuka pada 8 April 2025. Nilai kapitalisasi pasar uang yang mencapai lebih dari 12 ribu triliun menjadi indikator paling objektif bagaimana pasar melihat dan merespon kebijakan-kebijakan pemerintah.

"Ketiga, adalah faktor kebijakan ekonomi Indonesia yang menganut defisit fiskal. Sehingga setiap isu pengelolaan keuangan negara akan mempengaruhi dan sekaligus terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar. Proyeksi belanja negara tahun 2025 yang lebih dari 3.600 triliun, ditopang oleh hutang lebih dari 600 triliun untuk tahun berjalan," bebernya.

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |