Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang kian masif, kebutuhan pusat data (data center) makin membludak. Data center merupakan infrastruktur inti dalam penerapan AI, antara lain untuk melatih dan menerapkan teknologi 'masa depan' tersebut.
Oleh karena itu, raksasa teknologi berbondong-bondong membangun data center di berbagai belahan dunia. Salah satu negara yang industri data center-nya paling mocer adalah Malaysia, tepatnya di wilayah Johor Bahru.
Terbaru, Brasil juga berupaya merayu investasi asing untuk membangun data center di negaranya melalui pemberian insentif pajak. Hal ini diungkapkan dua pejabat kebijakan ekonomi setempat kepada Reuters, dikutip Senin (1/9/2025).
Menurut sumber yang identitasnya tak diungkap, Brasil berencana mengumumkan insentif pajak tersebut pada awal September ini. Adapun program ini disebut 'Redata'.
Redata dirancang untuk membangun reputasi baik dengan perusahaan teknologi besar dan juga secara lebih luas dengan Amerika Serikat (AS), yang telah mengenakan tarif impor 50% untuk barang-barang Brasil.
Presiden AS Donald Trump telah mengaitkan tarif tersebut dengan persidangan mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, serta keluhan tentang regulasi perusahaan teknologi AS, termasuk dugaan penyensoran platform media sosial.
Para pejabat Brasil mengatakan insentif data center dapat membantu mengalihkan fokus pembicaraan ke investasi yang saling menguntungkan.
"Ini demi kepentingan perusahaan-perusahaan AS. Redata mengurangi biaya investasi modal. Beberapa negara bagian AS membatasi investasi data center karena masalah energi, sementara kami memiliki surplus energi," kata seorang sumber, dikutip dari Reuters.
"Ini juga membantu negosiasi dengan AS, ini sinyal positif," ujarnya.
Perintah eksekutif tersebut, yang awalnya dijadwalkan untuk paruh pertama tahun ini, telah ditangguhkan di tengah gejolak politik ketika pemerintah menaikkan pajak atas transaksi keuangan.
Secara terpisah, Brasil juga telah membatalkan rencana untuk mengenakan pajak kepada perusahaan teknologi besar, karena khawatir hal itu dapat meningkatkan ketegangan perdagangan AS.
Reuters melaporkan pada April lalu bahwa insentif pusat data akan membebaskan investasi teknologi dari pajak federal, termasuk PIS, Cofins, IPI, dan bea masuk, jika proyek memenuhi kriteria seperti 100% sumber energi terbarukan.
Brasil mengambil langkah awal pada Juli lalu dengan memperbarui aturan untuk "zona pemrosesan ekspor" (ZPE) khusus, yang diincar oleh para pengembang untuk proyek data center.
Kerangka kerja baru tersebut, yang harus disetujui oleh Kongres agar tetap berlaku, mewajibkan semua ZPE untuk mendapatkan daya dari pembangkit listrik terbarukan yang belum dibangun.
Rencana "Redata" telah ditunggu-tunggu oleh para investor yang mengamati potensi Brasil untuk investasi data center yang memanfaatkan energi terbarukan yang murah dan melimpah.
Salah satu proyek tersebut, yang direncanakan di kompleks pelabuhan Pecem di timur laut, merupakan usaha patungan antara perusahaan energi Casa dos Ventos dan ByteDance, perusahaan induk TikTok, menurut sumber sebelumnya.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Microsoft Guyur Indonesia Rp 27 Triliun, Lapor ke Menkomdigi