Jakarta, CNBC Indonesia - Hampir semua orang tua pernah menghadapi pertanyaan seperti, "Kita bisa liburan ke Jepang, nggak?" atau permintaan lain yang jelas melampaui anggaran keluarga. Refleksnya, banyak orang tua langsung menjawab, "Kita nggak mampu" atau "Ayah/ibu enggak punya uang."
Meski terdengar sederhana, pakar psikologi keuangan menilai kalimat itu justru bisa menanamkan pola pikir finansial yang salah pada anak. Brad T. Klontz, psikolog keuangan sekaligus anggota CNBC Digital Financial Advisor Council, menyarankan orang tua berhenti menggunakan kalimat tersebut.
Melansir CNBC Make It, menurutnya ada tiga alasan kenapa "kita nggak punya uang" sebaiknya dihilangkan dari percakapan keluarga.
1. Sering kali tidak benar apa adanya
Klontz menjelaskan, secara teknis sebagian besar keinginan anak sebenarnya bisa dipenuhi jika orang tua benar-benar memaksakan diri. Misalnya dengan menjual aset, menarik pinjaman, memakai kartu kredit, atau menambah pekerjaan. Artinya, alasan "nggak mampu" biasanya tidak sepenuhnya tepat, dan anak bisa merasakannya.
2. Bisa memicu balas dendam
Anak yang tumbuh dengan kalimat "kita nggak punya uang" berulang kali bisa menyerap keyakinan bahwa uang selalu kurang. Klontz menyamakan ini dengan anak yang tak pernah diperbolehkan makan permen, maka bisa jadi saat dewasa, mereka bisa "balas dendam".
Ketika mereka akhirnya dewasa dan ditawari kartu kredit dan pinjaman online, respons emosionalnya mungkin: "Sekarang aku akhirnya bisa mendapatkan apa yang tidak pernah aku miliki." Hal ini dapat menyebabkan pengeluaran berlebihan, penyalahgunaan kredit, dan stres finansial seumur hidup.
3. Kehilangan kesempatan mengajarkan literasi keuangan
Permintaan anak terhadap barang mahal sebenarnya bisa menjadi pintu masuk untuk menjelaskan beberapa hal penting, seperti:
- Kenapa suatu pengeluaran tidak masuk prioritas
- Apa tujuan keuangan keluarga
- Pentingnya menunda kepuasan
- Risiko jika terlalu banyak berutang demi gaya hidup
Bahkan ketika permintaan mereka tidak realistis, seperti minta pulau pribadi, orang tua bisa mengubahnya menjadi obrolan tentang bagaimana orang membangun kekayaan atau meraih mimpi besar.
Lalu apa yang sebaiknya dikatakan?
Penelitian menunjukkan, anak-anak yang tumbuh menjadi orang yang pandai mengelola uang lebih mungkin berasal dari keluarga yang membicarakan hal itu secara terbuka.
Karena itu, alih-alih memutus percakapan dengan "kita nggak punya uang", Klontz menyarankan kalimat seperti: "Ayah/ibu sebenarnya punya uang, tapi kita memilih memakai uangnya untuk hal lain. Ini alasannya."
Setelah itu, orang tua bisa menjelaskan konteks dan alasannya , misalnya sedang membayar utang, menabung untuk rumah, mempersiapkan dana pensiun, hingga untuk biaya pendidikan.
Dengan cara ini, anak belajar bahwa keputusan finansial adalah soal prioritas, nilai hidup, dan tujuan jangka panjang, bukan sekadar soal "mampu" atau "tidak mampu." Menurut Klontz, pendekatan ini membantu anak membangun hubungan yang sehat dengan uang, tanpa rasa malu atau rasa kekurangan yang tidak perlu.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

1 hour ago
1

















































