Jakarta, CNBC Indonesia - Kekerasan di Sudan kembali mencapai titik tragis setelah pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dan milisi sekutu melancarkan serangan selama dua hari berturut-turut ke kamp-kamp pengungsi yang dilanda kelaparan di wilayah Darfur, menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk 20 anak-anak dan sembilan pekerja kemanusiaan.
Menurut laporan resmi PBB, serangan ini menargetkan kamp Zamzam dan Abu Shorouk, serta kota El-Fasher, ibu kota provinsi Darfur Utara. Wilayah-wilayah ini merupakan titik perlindungan bagi lebih dari 700.000 pengungsi yang terusir dari rumah mereka akibat konflik bersenjata yang sudah berlangsung hampir dua tahun terakhir.
"Ini adalah eskalasi yang mematikan dan tidak dapat diterima dalam rangkaian serangan brutal terhadap pengungsi dan pekerja bantuan di Sudan sejak konflik ini dimulai," ujar Clementine Nkweta-Salami, Koordinator Kemanusiaan dan Perwakilan Tetap PBB untuk Sudan, dalam pernyataan resminya sebagaimana dilansir Al Jazeera, Minggu (13/4/2025).
Ia menyebutkan bahwa serangan dimulai pada Jumat dan kembali terjadi pada Sabtu. "Saya sangat mendesak mereka yang melakukan tindakan seperti ini untuk segera menghentikannya," tambahnya.
Dari sembilan pekerja kemanusiaan yang gugur, enam di antaranya adalah tenaga medis dari organisasi Relief International yang sedang bertugas di salah satu pos kesehatan terakhir yang masih beroperasi di kamp Zamzam.
Serikat Dokter Sudan mengonfirmasi kematian mereka, termasuk Mahmoud Babaker Idris, seorang dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut, dan Adam Babaker Abdallah, kepala Relief International untuk wilayah itu.
Serikat tersebut secara tegas menyebut serangan itu sebagai "tindakan kriminal dan barbar", dan menyalahkan RSF secara langsung atas tragedi itu.
Relief International juga mengeluarkan pernyataan resmi, membenarkan kematian kesembilan anggotanya dalam "serangan yang ditargetkan terhadap seluruh infrastruktur kesehatan di wilayah tersebut", termasuk klinik milik mereka. Organisasi itu menambahkan bahwa pasar sentral di Zamzam dan ratusan rumah darurat yang dihuni pengungsi juga hancur akibat serangan.
Krisis Kemanusiaan Terbesar di Dunia
Menurut data dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC) - lembaga global pemantau kelaparan - kamp Zamzam dan Abu Shouk termasuk dalam lima wilayah di Sudan yang sudah mencapai fase kelaparan.
Konflik berkepanjangan di Sudan telah menciptakan krisis kemanusiaan terbesar di dunia, dengan sekitar 25 juta orang - setengah dari total populasi negara - kini menghadapi kelaparan ekstrem.
Dalam beberapa pekan terakhir, pasukan RSF meningkatkan serangan ke kota El-Fasher, satu-satunya ibu kota provinsi di Darfur yang masih dikuasai oleh tentara pemerintah setelah sebelumnya RSF berhasil mengambil alih ibu kota nasional, Khartoum, bulan lalu.
Situasi ini memicu kekhawatiran baru akan eskalasi kekerasan lebih luas, serta mempersulit upaya distribusi bantuan kemanusiaan yang selama ini bergantung pada jalur logistik di Darfur Utara.
Laporan dari Amnesty International yang dirilis awal bulan ini juga menambah catatan kelam RSF. Laporan tersebut menuduh RSF telah melakukan kekerasan seksual sistematis terhadap perempuan dan anak perempuan di berbagai wilayah konflik, termasuk pemerkosaan berkelompok sebagai bagian dari strategi perang.
Amnesty menyebut tindakan RSF sebagai bagian dari upaya "menghancurkan struktur sosial" komunitas yang dianggap menentang mereka, dan meminta komunitas internasional segera bertindak.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Tentara Sudan Deklarasi Rebut Ibu Kota Khartoum, RSF Diusir
Next Article Perang Saudara Menggila di Negara Muslim Ini, 65 Tewas dalam Sehari