Perang Saudara Memanas di Negara Ini, Ibu Kota Jadi Medan Pertempuran

3 days ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Tentara Sudan berhasil menguasai sebagian besar wilayah ibu kota Khartoum setelah memukul mundur pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF). Para warga yang menyaksikan langsung pergerakan pasukan mengatakan bahwa RSF telah menarik diri dari banyak wilayah di pusat kota, sementara tentara Sudan kini telah mengerahkan pasukannya di berbagai titik strategis.

Keberhasilan ini menjadi pencapaian besar bagi tentara Sudan di tengah konflik berkepanjangan yang telah berlangsung selama dua tahun dan telah membelah negara itu ke dalam zona kontrol yang berbeda. Meskipun demikian, perang masih jauh dari kata selesai, terutama karena RSF masih bercokol kuat di wilayah barat Sudan.

Komandan tentara Sudan, Jenderal Abdel Fattah Burhan, melakukan kunjungan simbolis ke Bandara Khartoum dan Istana Presiden pada Rabu (26/3/2025), menegaskan kendali militer atas kawasan tersebut.

"Ini adalah tanda bahwa kami kembali menguasai ibu kota," kata pernyataan resmi dewan pemerintahan militer yang dipimpin oleh Burhan, dilansir Reuters.

Tentara Sudan mengeklaim bahwa pesawat yang ditumpangi Burhan merupakan penerbangan pertama yang berhasil mendarat di Bandara Khartoum sejak perang pecah pada April 2023. Selain itu, tentara juga mengumumkan keberhasilannya dalam merebut pangkalan utama RSF di selatan Khartoum, yang disebut sebagai benteng terakhir kelompok paramiliter itu di ibu kota.

Rekaman drone yang dirilis oleh tentara menunjukkan sekelompok orang berjalan melintasi sebuah bendungan, yang menurut mereka adalah bukti bahwa pasukan RSF sedang mundur melintasi Sungai Nil. Namun, laporan ini belum dapat diverifikasi secara independen, dan pihak RSF sendiri belum memberikan komentar resmi mengenai perkembangan terbaru ini.

Keuntungan strategis yang diraih tentara Sudan di bagian tengah negara ini terjadi di saat RSF memperkuat cengkeramannya di wilayah barat, terutama di Darfur. Kondisi ini berpotensi mengarah pada pembagian Sudan menjadi dua zona kendali yang terpisah, yang dapat memperpanjang perang tanpa akhir yang jelas.

Krisis Kemanusiaan Terburuk di Dunia

Konflik ini, yang bermula 2 tahun lalu saat Sudan sedang menjalani transisi demokrasi, telah menimbulkan bencana kemanusiaan yang disebut oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia. Kelaparan meluas di berbagai wilayah, sementara penyakit merebak akibat kondisi hidup yang memburuk.

Lebih dari 12,5 juta orang telah mengungsi dari rumah mereka, dengan banyak di antaranya melarikan diri ke negara-negara tetangga demi mencari perlindungan. Lembaga kemanusiaan internasional memperingatkan bahwa jika konflik ini terus berlanjut, dampaknya akan semakin parah bagi penduduk sipil yang sudah menderita.

Sebelum saling berperang, tentara Sudan dan RSF sempat menjadi sekutu. Keduanya terlibat dalam kudeta pada tahun 2021 yang menggagalkan transisi demokrasi pasca-pemerintahan otoriter Omar al-Bashir. Bashir sendiri digulingkan pada tahun 2019 setelah berkuasa selama tiga dekade.

RSF, yang dipimpin oleh Mohamed Hamdan Dagalo atau lebih dikenal sebagai Hemedti, berasal dari milisi janjaweed yang dulu beroperasi di Darfur. Di bawah pemerintahan Bashir, kelompok ini dikembangkan sebagai penyeimbang kekuatan terhadap tentara reguler Sudan, yang dipimpin oleh Abdel Fattah al-Burhan.

Namun, setelah mereka mengambil alih kekuasaan bersama pada 2021, ketegangan antara kedua pihak semakin meningkat. Perselisihan utama mencakup jadwal integrasi RSF ke dalam angkatan bersenjata reguler, struktur komando, serta pengawasan sipil terhadap militer.

Ketika perang pecah, tentara Sudan memiliki keunggulan dalam sumber daya dan kekuatan udara. Namun, RSF telah tertanam kuat di berbagai lingkungan di Khartoum, memungkinkan mereka untuk mengendalikan sebagian besar kota dalam serangan kilat yang mengejutkan.

Selain mempertahankan posisinya di Khartoum, RSF juga dengan cepat merebut wilayah Darfur dan negara bagian El Gezira di selatan ibu kota, yang dikenal sebagai daerah pertanian utama.

Dengan tentara Sudan kini kembali menguasai ibu kota, mereka diperkirakan akan fokus untuk memperkokoh posisi mereka di bagian tengah negara. Langkah ini dapat menjadi titik awal bagi tentara untuk mencoba menekan RSF lebih jauh, tetapi juga membuka kemungkinan pertempuran sengit di masa mendatang.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Tentara Sudan Deklarasi Rebut Ibu Kota Khartoum, RSF Diusir

Next Article Bukan Gaza & Rusia, 61 Ribu Tewas di Perang Ini-Kuburan di Mana-Mana

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |