Kementerian Pertahanan (Kemhan) resmi bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dalam rangka produksi obat secara massal oleh TNI. Obat-obatan ini nantinya akan disalurkan ke Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia dan dijual dengan harga jauh lebih murah.
Adapun tujuan penyaluran obat ke Koperasi Merah Putih agar tepat sasaran pada masyarakat yang memang membutuhkan.
"Teman-teman, kemarin kita juga sudah mulai bekerja memasukkan obat-obatan farmasi kita, produksi kita di gerai-gerai apotik di Koperasi Merah Putih," kata Menhan Sjafrie Sjamsoeddin di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Selasa (23/7/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga 50 Persen Lebih Murah
Menhan menuturkan TNI sebelumnya juga sudah memproduksi obat-obatan yang dikhususkan untuk prajurit dan sebagian masyarakat umum. Dengan kerja sama dengan BPOM, Kemhan bisa ikut memproduksi obat-obatan murah dalam jumlah yang lebih besar untuk masyarakat.
Menhan menuturkan harga jual obat nantinya 50 persen lebih murah dibandingkan harga pasar.
"Langkah berikut nanti menjelang 5 Oktober, kita akan produksi massal obat-obatan dan kita akan kirim ke desa-desa dengan harga 50 persen lebih murah dari harga pasaran supaya bisa dinikmati oleh rakyat di desa," sambung Menhan.
Meski harga obat sudah tergolong sangat murah, Menhan menegaskan akan memikirkan skema yang diperlukan agar obat ini nantinya bisa digratiskan. Ini penting agar akses obat menjadi lebih mudah, khususnya bagi masyarakat kurang mampu.
"Kita memberi obat-obatan atas regulasi dari Badan POM yang dipimpin oleh Pak Taruna Ikrar dengan harga yang murah. Dan sekarang kita pikirkan bagaimana caranya harga murah itu turun lagi menjadi obat-obatan gratis yang diperlukan oleh rakyat," sambungnya.
Dalam rangka produksi, laboratorium farmasi TNI akan digabung menjadi satu sebagai farmasi pertahanan negara.
"Kebetulan, Kementerian Kesehatan baru saja mengadakan reformasi struktur. Semua laboratorium farmasi yang ada di TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan juga TNI Angkatan Darat kita konsolidasi menjadi satu farmasi pertahanan negara yang memproduksi obat dan kita tujukan kepada kooperasi-kooperasi di desa," tandas Menhan.
Penyebab Harga Obat Mahal di RI
Kepala BPOM RI Prof Taruna Ikrar menuturkan salah satu faktor utama tingginya harga obat di Indonesia adalah bahan baku yang mayoritas impor dari luar negeri. Bahkan tingkat impor bahan baku obat ke Indonesia mencapai 94 persen.
"Kecukupan obat ini masih menjadi kendala besar karena bahan baku kita masih 94 persen impor dari berbagai negara, khususnya dari India, dari China, sebagian dari Eropa khususnya Belanda dan Jerman, dan Amerika," kata Prof Taruna dalam kesempatan yang sama.
Selain itu, kerja sama antara Kemhan dan BPOM RI juga meliputi perlindungan masyarakat dari banyaknya obat-obatan ilegal. Seperti yang diketahui, BPOM RI masih sering menemukan obat-obat ilegal yang dijual secara offline maupun online.
"Juga masih terlihat banyak produk-produk yang bersifat ilegal. Baik itu belum mendapatkan izin, maupun obat-obat palsu. Nah, tentu dalam konteks inilah kami butuh bersinergi dengan Kementerian Pertahanan, hubungannya tentu dengan aparat-aparat yang ada di bawah," kata Prof Taruna.
BPOM Pastikan Keamanan Obat Produksi TNI
Prof Taruna menegaskan pihaknya akan memastikan produksi obat oleh TNI dilakukan sesuai standar yang berlaku. Dengan begitu, obat-obatan yang diterima aman dan bermanfaat untuk konsumsi.
"Dengan suatu model, good manufacturing practice-nya (GMP), laboratoriumnya, dan standar produksinya, kita akan sertifikasi. Sertifikasi dalam konteks yang disebut cara pembuatan obat," tandas Prof Taruna.
(avk/kna)

3 months ago
29































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5273598/original/029668700_1751637513-WhatsApp_Image_2025-07-04_at_8.55.48_PM.jpeg)
















