RI Mau Tambah Impor Minyak-LPG ke AS, Ini yang Harus Diperhatikan..

4 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia diharapkan memperhatikan beberapa hal sebelum memutuskan untuk menambah porsi impor minyak dan Liquefied Petroelum Gas (LPG) ke Amerika Serikat (AS).

Gubernur Indonesia untuk OPEC (2015-2016) Widhyawan menyampaikan, yang utama adalah memperhatikan sisi biaya transportasi. Khusus minyak, kata Widhyawan, harga minyak dunia dinilai tidak berbeda jauh di berbagai negara.

Dia menilai, minyak tidak hanya bisa didapatkan dari AS. Nah, jika ingin mengoptimalkan biaya transportasi, Indonesia bisa mengimpor minyak dari negara lain yang terhitung lebih murah biaya transportasinya.

"Tapi kalau minyak mentah ceritanya agak lain. Harga itu sama gitu ya. Dari manapun kurang lebih sama bedanya cuma harga beda arbitrage aja. Jadi si panjangnya rantai pasok transportasi itu tidak bisa di kompensasi oleh perbedaan harga," katanya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Rabu (30/4/2025).

Lain halnya jika Indonesia menambah porsi impor gas. Widhyawan mengungkapkan bahwa harga gas termasuk liquefied natural gas (LNG) dan LPG lebih murah di AS.

"Dan ternyata ada economic benefit khususnya buat LPG dan LNG. Karena bahan atau harga dasarnya mereka gas itu mereka kan gasnya berlimpah. Tadi saya bilang mereka itu net export ya. Gasnya berlimpah itu Henry Hub cuma di sekitar harganya di bawah US$ 4 per million BTU. Kita HGBT aja di US$ 6-7 bahkan gitu ya," jelasnya.

Dengan begitu, dia menilai Indonesia akan lebih untung jika menambah impor gas dari AS lantaran lebih ekonomis.

"Jadi di harga dasar mereka itu sudah sangat kompetitif. Artinya kalau harga komoditas yang kita impor atas dasar harga yang kompetitif by all means itu bisa dihitung dan kenapa kita mengimpor itu karena ekonomis,"tandasnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membeberkan porsi impor minyak mentah RI dari Amerika Serikat selama ini hanya sekitar 4% dari keseluruhan impor, sementara untuk LPG, saat ini berkisar 54%.

Adapun, impor migas untuk konsumsi dalam negeri selama ini berasal dari Singapura, Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Latin. "Beberapa negara. Ada dari Singapura, dari Middle East, kemudian dari Afrika, Amerika Latin," katanya di Gedung Kementerian ESDM, Rabu (9/4/2025).

Menurut Bahlil, aspek keekonomian menjadi pertimbangan utama dalam rencana penambahan impor LPG dan minyak mentah dari AS. Meski secara logika biaya transportasi dari AS lebih mahal dibanding Timur Tengah, Bahlil menyebut bahwa harga LPG dari AS masih bisa bersaing.

"Contoh, LPG belinya dari Amerika. Logikanya kan harusnya lebih mahal karena transportasinya, kan. Tapi buktinya harga LPG dari Amerika sama dengan dari Middle East. Jadi saya pikir semua ada cara untuk kita begitu," terangnya.

Selain itu, Bahlil juga memastikan bahwa rencana penambahan volume impor LPG dan minyak mentah dari AS tidak akan menghentikan impor dari negara-negara lain seperti Timur Tengah.

Namun, dia mengakui pemerintah akan mengurangi volume pembelian LPG dari negara-negara selain AS. "Tidak disetop juga, tapi volumenya yang mungkin dikurangi. Tidak disetop, volumenya yang mungkin dikurangi," kata Bahlil.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Peringati Mayday, Prabowo Akan Temui Ratusan Ribu Buruh

Next Article Impor Minyak Tembus 1 Juta Barel/Hari, RI Tekor Rp 500 Triliun

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |