Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menyiapkan langkah besar untuk menggerakkan ekonomi nasional melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perumahan senilai Rp130 triliun. Program ini diharapkan menjadi mesin penggerak baru yang tidak hanya mendukung sektor properti, tapi juga menumbuhkan efek berganda ke berbagai lini usaha rakyat.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait menjelaskan, sektor perumahan memiliki daya dorong ekonomi yang sangat besar karena melibatkan banyak pihak mulai dari pekerja, kontraktor, hingga pelaku UMKM. Apalagi kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) mencapai 350.000 unit tahun ini.
"Ide untuk buat KUR perumahan yaitu untuk menggerakkan, karena perumahan ini kan sangat menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Satu rumah subsidi itu yang kerja 5 orang. Berarti kalau 350.000 itu kali aja 5. Mungkin ada juga yang bisa beberapa orang mengerjakan sama-sama ya," kata Maruarar dalam Property Point CNBC Indonesia, dikutip Jumat (7/11/2025).
Dampak ekonomi dari satu proyek perumahan tidak berhenti di pekerja lapangan saja. Rantai ekonomi yang terbentuk dari pembangunan rumah meluas hingga ke industri bahan bangunan dan sektor konsumsi di sekitar proyek.
"Belum lagi industrinya, belum lagi toko bangunannya ada, kemana-mana kan bolak-balik truk yang bawa ada kneknya. Di dalam toko bangunan, toko material, pasti ada barang-barang dari hasil industri, ada semen, ada pasir, ada paku, ada cat, ada lampu. Itu berapa banyak yang kerja," ujarnya.
Tak hanya itu, aktivitas ekonomi kecil di sekitar proyek juga ikut menggeliat.
"Belum lagi warung, nggak ada proyek perumahan ya nggak ada warungnya, ibu-ibu jualan di situ, makan, beli berasnya, beli ayamnya, beli telurnya. Ini ekosistem yang sangat luar biasa. Makanya harapannya menggerakkan ekonomi," lanjutnya.
Foto: Rumah subsidi di Bogor yang diresmikan Presiden Prabowo. (CNBC Indonesia/Robertu Andrianto)
Rumah subsidi di Bogor yang diresmikan Presiden Prabowo. (CNBC Indonesia/Robertu Andrianto)
Karena potensi pengganda ekonomi yang begitu besar, pemerintah menilai program KUR Perumahan ini sangat tepat untuk diluncurkan.
"Itu dari perumahan itu sangat tepat. Kita bikin KUR perumahan, dan jumlahnya juga luar biasa besar, Rp130 triliun. Kita makanya sosialisasi masif, dibantu perbankan semua pegerak kampus, yang udah kalau nggak salah ITB, UI, Unpar, Trisakti. Bank juga udah banyak banget, Mandiri, beberapa lagi, BTN, BRI, BNI, Nobu, Bank Jabar juga," jelasnya.
Program ini tidak hanya menyasar pengembang besar, tapi juga memberi ruang bagi UMKM yang bergerak di sektor perumahan, mulai dari kontraktor kecil hingga pelaku usaha bahan bangunan.
"Bagi UMKM itu apakah kontraktor, developer, atau kebangunan. Tapi yang UMKM itu disubsidi bunganya. Kan biasanya minjem duit ke bank, misalnya 10 persen, 11 persen, ini disubsidi 5 persen. Kan luar biasa," ujarnya.
Program ini juga dirancang agar mendorong pertumbuhan dari dua sisi: penawaran (supply) dan permintaan (demand).
"Kemudian dari sektor sisi, itu tadi supply-nya, dari segi demand-nya, misalnya ibu-ibu yang berusaha di rumahnya, merenovasinya rumahnya, itu dikasih UMKM bisa sampai Rp500.000.000, dan bunganya 6 persen. Jadi dari segi demand dan supply, dua-duanya jalan. Dan ini terobosan, nggak pernah ada," tegas Maruarar.
(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Plafon KUR Perumahan Dinaikkan Jadi Rp5 M, Ini Syarat & Bunganya!

2 hours ago
2

















































