Situasi China yang Dilanda Wabah Chikungunya, Kasusnya Tembus 7 Ribu

Warga melintas di depan gerbang masuk permukiman yang memajang slogan ajakan pemberantasan nyamuk di Guangzhou, Provinsi Guangdong, China, Rabu (6/8/2025). Slogan tersebut berbunyi “Mari bersama membersihkan genangan air dan memberantas sarang nyamuk”. (Feature China/Future Publishing via Getty Images)

Wabah virus chikungunya di China mendorong pemerintah mengambil berbagai langkah pencegahan, mulai dari pemasangan kelambu, penyemprotan disinfektan, ancaman denda bagi warga yang membiarkan adanya genangan air, hingga penggunaan drone untuk mendeteksi tempat berkembang biak nyamuk. (Feature China/Future Publishing via Getty Images)

Hingga Rabu (6/8/2025), tercatat lebih dari 7.000 kasus penyakit ini, dengan fokus terbesar di kota industri Foshan dekat Hong Kong yang sejauh ini hanya melaporkan satu kasus. Menurut otoritas setempat, angka kasus baru mulai menunjukkan tren penurunan meski perlahan. (Feature China/Future Publishing via Getty Images)

Chikungunya ditularkan melalui gigitan nyamuk dan menyebabkan demam serta nyeri sendi, mirip dengan demam berdarah dengue. Kelompok yang paling berisiko adalah anak-anak, lansia, dan penderita penyakit bawaan. (Feature China/Future Publishing via Getty Images)

Petugas menyemprot disinfektan di jalan, permukiman, dan lokasi konstruksi. Beberapa titik bahkan disemprot sebelum warga memasuki gedung perkantoran. (Chen Chuhong/China News Service/VCG via Getty Images)

Warga yang membiarkan wadah berisi air terancam denda hingga 10.000 yuan (Rp22 juta) dan pemutusan listrik. AS juga memperingatkan warganya untuk tidak ke Guangdong dan wilayah terdampak lain. (Chen Chuhong/China News Service/VCG via Getty Images)

Hujan lebat dan suhu tinggi memperburuk situasi. Pemerintah mewajibkan pasien dirawat seminggu, mencoba ikan pemakan jentik, dan melepas nyamuk besar pemangsa. (Chen Chuhong/China News Service/VCG via Getty Images)