Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan ekonomi yang terjadi akibat Pandemi Covid-19 serupa dengan yang terjadi saat ini, terutama efek perang dagang yang diluncurkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melalui pengenaan tarif tinggi terhadap semua negara, tak terkecuali Indonesia sebesar 32%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, alarm dari tekanan ekonomi antara yang terjadi saat ini dengan saat masa Covid-19 bunyinya sama. Terdengar dari alarm tingginya kenaikan volatility index atau VIX Index yang meroket menuju level 50.
"Ini menggambarkan suasananya alarmnya mulai berbunyi, jadi kita harus juga tetap hati-hati tanpa panik," kata Sri Mulyani dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Jakarta, dikutip Kamis (10/4/2025).
Meski VIX Index mengalami peningkatan drastis sebagaimana saat Covid-19, Sri Mulyani menganggap, angka indeksnya masih lebih rendah dibanding saat periode krisis. Kala itu, angka VIX Index melesat ke level atas 80.
"VIX Index yaitu volatility indeks juga meningkat, tapi kalau kita bandingkan pada saat Covid kenaikannya sebetulnya masih relatively manageable," tutur Sri Mulyani.
Tingginya ketidakpastian dan gejolak ekonomi yang terlihat dari kenaikan VIX Index itu pun membuat sejumlah lembaga investasi global meningkatkan perkiraan resesi yang akan dihadapi sejumlah negara, khususnya Amerika Serikat.
"JP Morgan, Goldman Sachs, semuanya mengatakan bahwa Amerika kemungkinan masuk ke resesi. Probabilitanya sekarang naik ke 60% dari tadinya di bawah 50%," ucap Sri Mulyani.
Dengan besarnya potensi resesi di AS akibat kebijakan perang dagangnya sendiri, Sri Mulyani memperkirakan efeknya terhadap dunia ialah melemahnya harga-harga komoditas global.
"Dengan outlook seperti itu tidak heran maka commodity price menurun, karena nanti demand turun kalau terjadi resesi," tegasnya.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Sri Mulyani: Jangan Khawatir, APBN RI Tidak Akan Jebol
Next Article Sri Mulyani Wanti-Wanti Risiko Perang Dagang Jilid II Trump