The Fed Pusing Hadapi Perang Dagang Trump "Kami Terjebak Dilema"

2 days ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) mulai gamang menghadapi dampak perang dagang.

Chairman The Fed, Jerome Powell, mengatakan The Fed kini dihadapkan pada dilemma dalam menentukan kebijakan ke depan karena dampak perang dagang akan mempengaruhi laju inflasi hingga pertumbuhan ekonomi,

Seperti diketahui, perang dagang memanas sejak Maret setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif ke Meksiko, China,d an Jepang.
Perang semakin memanas setelah Trump pada Rabu (2/4/2025) menegaskan AS akan memberlakukan tarif 10% kepada semua negara dan tarif resiprokal.

Meski tarif resiprokal ditunda tetapi ketidakpastian masih tinggi.

Berbicara dalam acara Economic Outlook di Economic Club of Chicago, Chicago, Rabu waktu AS (16/4/2025), Powell mengatakan perang dagang membuat The Fed terjebak dalam dilema antara mengendalikan inflasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

"Jika itu terjadi, kami akan mempertimbangkan sejauh mana ekonomi sudah menjauh dari targetnya. (Sejauh mana) jangka waktu yang berbeda dari kesenjangan tersebut diperkirakan bisa tertutup," ujar Powell dikutip dari CNBC International.

Powell tidak memberikan indikasi mengenai arah suku bunga. Dia menegaskan The Fed akan menunggu dampak lebih lanjut sebelum melakukan perubahan kebijakan,

"Untuk saat ini, kami berada dalam posisi yang baik untuk menunggu kejelasan lebih lanjut sebelum mempertimbangkan penyesuaian terhadap kebijakan kami." Ujarnya.

Dengan ketidakpastian yang tinggi terkait dampak tarif yang diterapkan oleh Presiden Trump, Powell mengatakan The Fed memperkirakan perang dagang akan membuat laju inflasi lebih tinggi dan menekan pertumbuhan. Namun, dia mengatakan masih belum jelas dimana The Fed harus memfokuskan perhatiannya.

"Kami mungkin akan berada dalam skenario yang menantang di mana tujuan ganda kami bertentangan satu sama lain," kata Powell.

Seperti diketahui, The Fed menahan suku bunga dalam dua pertemuan terahir (Januari & Maret) di level 4,25-4,50%. Sebelumnya, suku bunga dipangkas 100 bos pada periode September-Desember 2024.

Dalam proyeksi sebelumnya, The Fed mengindikasikan hanya akan memotong dua kali pada tahun ini sebesar 50 bps. Namun, perkembangan terbaru bisa mengubah kebijakan bank sentral paling berkuasa di dunia tersebut.

Target utama The Fed adalah membawa inflasi ke target sasaran 2% serta menjaga Tingkat pengangguran dalam Tingkat yang rendah,

"Untuk saat ini, kami berada dalam posisi yang baik untuk menunggu kejelasan lebih lanjut sebelum mempertimbangkan penyesuaian terhadap kebijakan kami."

Dalam kasus inflasi yang bergerak tinggi, The Fed akan mempertahankan suku bunga tetap atau bahkan meningkatnya untuk meredam permintaan.

Namun, dalam kasus pertumbuhan yang lebih lambat, The Fed mungkin akan mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga untuk mendobrak laju ekonomi.

Pelaku pasar sendiri memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga lagi pada Juni dan melakukan pemotongan sebesar tiga atau empat poin persentase kuartalan hingga akhir tahun 2025.

"Tarif kemungkinan besar akan menghasilkan setidaknya kenaikan sementara dalam laju inflasi. Efek inflasi tersebut juga bisa lebih bertahan lama." Imbuh Powell.

Powell menjelaskan data yang ada sejauh ini menunjukkan bahwa pertumbuhan telah melambat pada kuartal pertama dibandingkan dengan laju solid tahun lalu.

Meskipun penjualan kendaraan bermotor masih kuat, pengeluaran konsumen secara keseluruhan hanya tumbuh moderat. Selain itu, impor yang kuat pada kuartal pertama, yang mencerminkan upaya oleh perusahaan untuk mendahului tarif yang berpotensi diberlakukan. Kondisi ini diperkirakan akan membebani pertumbuhan PDB.

Sebelumnya, Departemen Perdagangan melaporkan bahwa penjualan ritel meningkat 1,4% pada Maret, lebih baik dari yang diperkirakan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pertumbuhan berasal dari pembeli mobil yang ingin melakukan pembelian sebelum tarif diberlakukan, meskipun beberapa sektor lainnya juga menunjukkan kenaikan yang solid.

Inflasi AS mencapai 2,4% (year on year) pada Maret 2025, melandai dibandingkan Februari (2,8%).

Tingkat pengangguran meningkat ke 4,2% pada Maret 2025, dari 4,1% pada Februari. Sementara itu, pertumbuhan pad kuartal IV-2025 aa di angka 2,4% (yoy), turun dibandingkan 3,1% pada kuartal sebelumnya.

Sejumlah indikasi menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS akan melambat, Indeks Kepercayaan Konsumen Michigan bahkan menunjukkan jika indeks ada di angka 50,8 yang merupakan angka terendah sejak Juni 2022.

The Fed Atlanta mengatakan mereka memperkirakan ekonomi AS akan terkontraksi -0,1% pada kuartal I-2025.

(mae/mae)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |